Tanggapi Kerusuhan di Amerika, SBY: Saya Bukan Anti, tapi Tidak Mendewakan

Rabu, 03 Juni 2020 | 19:46 WIB
Tanggapi Kerusuhan di Amerika, SBY: Saya Bukan Anti, tapi Tidak Mendewakan
Susilo Bambang Yudhoyono jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11). [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Skenario pertama, dengan penanganan yang tepat (paduan antara persuasi dan law enforcement) akhirnya aksi-aksi sosial yang cenderung rusuh itu bisa diredakan. Dugaan saya, ini skenario terbaik yang diinginkan oleh pemerintahan Trump. Saya kira mayoritas rakyat Amerika juga menginginkan demikian. Skenario ini tak memerlukan konsesi apapun yang mesti diberikan oleh pemerintah.

Skenario kedua, unjuk rasa makin meluas. Gabungan unsur polisi, National Guard dan elemen tentara federal (misalnya polisi militer) tak mampu menghentikan atau meredakannya. Para Gubernur dan Walikota dengan “resources” yang ada tak juga bisa mengatasi keadaan. Pemerintah Federal “terpaksa” melakukan negosiasi dengan elemen perlawanan masyarakat dengan pemberian konsesi tertentu.

Skenario ketiga, adalah kelanjutan dari skenario kedua. Ini terjadi jika situasi politik, sosial dan keamanan makin memburuk. Aksi-aksi kekerasan dan sekaligus perusakan makin meningkat intensitasnya. Presiden Trump dengan alasan untuk mencegah terganggunya keamanan nasional dan demi kepentingan umum akhirnya melakukan tindakan yang “tegas dan keras”" SBY menjabarkan.

Dari skenario tersebut, SBY mengharapkan terjadinya skenario yang ketiga. Hanya saja dia memasrahkannya pada rencana Presiden Trump.

Baca Juga: Pantau Kesiapan Masjid Jelang New Normal, JK: Yang Pakai Masker Boleh Masuk

Baca juga: Situasi Makin Tak Kondusif, Pentagon Kerahkan Ribuan Tentara ke Washington

SBY menuliskan jika ada kemungkinan Presiden Trump akan mengerahkan kekuatan militernya untuk mengatasi masalah tersebut.

"Tapi khusus keadaan sekarang ini, mungkin pertimbangan Trump lebih mendalam. Dia pasti tahu risiko dan harga yang harus dibayar kalau opsi militer ini yang dijalankan," kata SBY.

Lebih lanjut dalam tulisan itu, SBY juga menyebut jika pengambilan keputusan atas kasus rasisme di Amerika saat ini tak lepas dari suasana Pilpres Amerika yang akan dilaksanakan lima bulan lagi.

"Saat ini orang nomor satu di Amerika itu sedang menghadapi permasalahan yang pelik dan tantangan yang berat. Memang pemimpin sejati akan diuji apakah dalam menghadapi situasi krisis, dia bisa berpikir jernih serta bisa mengambil keputusan dan tidakan yang tepat. Sangat mungkin Trump bisa ke luar dari krisis besar ini. Satu-satunya tantangan berat yang dihadapi, menurut saya, adalah jika Trump dihinggapi perasaan takut. Fear," jelas SBY.

Baca Juga: Jadwal Belajar dari Rumah TVRI dan Link Live Streaming Besok, 4 Juni 2020

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI