Ia mengadopsi Rainey saat dia berumur 6 bulan dari sebuah rumah adopsi yatim piatu di Jakarta.
Lalu tahun 2007, Lyndell beserta keluarganya termasuk Rainey kembali ke Philadelphia, Amerika Serikat. Sejak itu, Rainey menjadi warga negara Amerika Serikat.
Orang tua Rainey minta maaf
Dalam kesempatan itu, Lyndell meminta maaf atas aksi putranya yang telah mencoreng nama Indonesia.
Baca Juga: Geger! Satpam Cantik Menghilang, Terakhir Kali Pamit Kerja ke Suaminya
"Saya mohon maaf sedalam-dalamnya secara lahir batin, tapi dengan tatonya bukan jadi sebuah masalah. Dia anak baik, begitu mencintai Indonesia, dia sebetulnya dengan tato itu justru untuk pegang pada identitas Indonesianya," ucap Lyndell.
Lyndell meyakini anaknya hanya tersulut emosi dengan perlakuan polisi yang represif pada pendemo. Makanya selain terprovokasi, Lyndell melihat faktor represif polisi juga andil dalam memicu anarkis pada putranya.
"Jangan lupa ada sesuatu yang lebih besar. Rusuh yang lebih terjadi di dalam, dan polisinya begitu tak manusiawi, tak humanis, Justru itu yang mengganggu anak saya," ujarnya.
Lyndell pun menegaskan niat Rainey turun ke jalan hanya untuk fotografi karena itu memang hobi anaknya.
"Dia anti kekerasan, segi agama kami juga antikekerasan. Dia ke sana mau ambil foto. Waktu itu dia ambil foto, ada kelompok di sana yang sedang merusak barang. Dia masih terus foto-foto dan kemudian dibujuk, kenapa diam saja kamu? Kamu enggak komitmen dengan kami (pendemo)? Akhirnya dia terbawa arus," tutur Lyndell.
Baca Juga: Pengakuan Pria Bertato Indonesia di Kerusuhan AS: Saya Lahir di Pulau Jawa
"Sesudah itu terjadi penjarahan, tapi dia tak ambil barang. Dia ambil foto tapi gak bawa pulang (barang). Waktu dia pulang dia enggak ada bawa barang," imbuhnya.