Pemimpin Agung Iran Khamenei: Demo George Floyd Ungkap Wajah Asli Amerika

Rabu, 03 Juni 2020 | 16:04 WIB
Pemimpin Agung Iran Khamenei: Demo George Floyd Ungkap Wajah Asli Amerika
Pemimpin Agung Iran Ayatollah Ali Khamenei. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Seyyed Ali Khamenei menganggap demonstrasi besar-besaran akibat kematian pria kulit hitam George Floyd telah mengungkap wajah asli Amerika Serikat.

Menyadur Mehr News, Presiden Iran periode 1981-1989 itu mengatakan tindak rasial kepolisian AS jadi gambaran bagaimana brutalnya negara pimpinan Donald Trump itu terhadap bangsa lain.

"Apa yang dilihat hari ini adalah penampakan kebenaran yang selalu disembunyikan. Ini adalah lumpur yang tersisa di kedalaman kolam yang sekarang muncul ke permukaan," kata Khamenei dikutip dari Mehr News, Rabu (3/6/2020).

"Inilah yang telah dilakukan orang Amerika ke negara-negara yang telah mereka invasi seperti Afghanistan, Suriah, Irak, dan Vietnam."

Baca Juga: YCAB Beri Bantuan Keringanan Tagihan Listrik Ke-34 Provinsi

Aksi demonstrasi memprotes kematian George Floyd di Washington DC. (Anadolu Agency/Yasin Ozturk)
Aksi demonstrasi memprotes kematian George Floyd di Washington DC. (Anadolu Agency/Yasin Ozturk)

Pejabat berusia 81 tahun itu juga mengungkapkan bahwa seruan "Black Lives Matter" juga memiliki arti yang sangat penting.

Tak hanya menjadi simbol protes tindak rasial, kata-kata itu juga dinilai jadi teriakan jujur bangsa dunia yang telah ditindas Amerika Serikat.

"Amerika jatuh ke dalam aib karena perilaku mereka sendiri," beber Khamenei.

Sebagai pemimpin negara yang kerap berseteru dengan Amerika Serikat, Kameni juga menyoroti terkait sikap para pejabat Negeri Paman Sam.

Dia menganggap AS sebagai bangsa yang munafik. Mereka disebutnya terlihat mendukung hak asasi manusia, di samping terus melakukan kejahatan pada bangsa lain.

Baca Juga: Wakil Wali Kota Surabaya Dikarantina, Diduga Tertular Virus Corona

"Bangsa Amerika merasa malu dengan pemerintahnya dan mereka memiliki hak untuk merasa demikian," tegasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI