Menurut World of Buzz, 20 dari 850 siswa sekolah itu menghadapi kesulitan saat mengikuti e-learning atau pembelajaran elektronik.
Seorang siswa bernama Wuok bahkan tidak memiliki smartphone. Keluarganya hanya memiliki telepon genggam yang dapat menerima pesan SMS saja.
Sang guru kemudian berinisiatif mengirim kertas ujian kepada Wuok. Lalu, jawaban ujian itu dikirim melalui SMS.
Menurut kepala sekolah SMK Tinggi Sarikei, program e-learning tidak mudah diimplementasikan di daerah pedesaan seperti mereka.
Baca Juga: DPRD Bongkar Amburadul Penanganan Corona di Surabaya: Sembako Numpuk!
"Beberapa anak dari keluarga miskin tidak memiliki ponsel, jadi mereka harus menggunakan ponsel orangtua mereka untuk belajar," kata kepala sekolah.
Ia menambahkan, "Terkadang orang tua tidak meninggalkan ponselnya di rumah. Mereka hanya bisa mempelajari pekerjaan rumah mereka di sore atau malam hari."