Uskup Agung tersebut juga mengutuk upaya pembubaran unjuk rasa di luar Gedung Putih sehari sebelumnya demi Trump bisa berkunjung ke sebuah gereja, tempat ia memegang Alkitab di depan media yang tengah meliputnya.
Saint John Paul "tidak akan memaafkan penggunaan gas air mata dan penghalang lainnya untuk membungkam, menyebarkan atau mengintimidasi [pendemo] demi kesempatan untuk berpose di depan tempat ibadah," ujarnya.
Uskup Agung Gregory adalah orang Afrika-Amerika pertama yang memimpin keuskupan.
Adapun Kuil Saint John Paul II dikelola oleh Knights of Columbus, sebuah organisasi yang beranggotakan umat Katolik yang semuanya laki-laki, yang melakukan lobi-lobi untuk kepentingan politik konservatif.
Baca Juga: Donald Trump Ancam Kerahkan Militer untuk Padamkan Kerusuhan di AS
Uskup Episkopal Washington, Mariann Budde, juga mengutuk tindakan presiden itu.
Sementara di Inggris, para uskup agung York dan Canterbury mengatakan kerusuhan itu mengungkap "kejahatan supremasi kulit putih yang sedang berlangsung".
Aksi demonstrasi bermula ketika rekaman video menunjukkan Floyd sedang ditangkap dan beberapa petugas polisi terus-terusan menindih lehernya meskipun dia memohon dirinya tidak bernapas pada 25 Mei.
Salah satu polisi, Derek Chauvin, dituntut atas pembunuhan tingkat tiga dan akan disidang pekan depan. Sementara tiga polisi lain telah dipecat.
Pada Senin (01/06) Trump menyerukan kepada pemerintah negara bagian dan pemerintah kota untuk mengerahkan Garda Nasional demi menghentikan kerusuhan.
Baca Juga: Bak Diktator, Donald Trump Ancam Libatkan Militer Setop Demonstrasi
Dia mengatakan jika mereka tidak "mengambil tindakan yang diperlukan" dia akan mengerahkan militer dan "menyelesaikan masalah itu dengan cepat".