Suara.com - Ratusan warga daerah kumuh di Nairobi, Kenya, berunjuk rasa atas meninggalnya seorang tunawisma yang ditembak oleh petugas polisi karena melanggar jam malam selama pembatasan terkait pandemi virus corona
Menyadur ABC News, demonstran yang berasal dari Mathare turun ke jalan pada Senin (1/6) malam dan membakar ban guna mengecam apa yang dilakukan polisi terhadap James Mureithi.
Saudara Mureithi, Dominic Njagi mengatakan tidak mengerti mengapa polisi menembak pria yang berusia 51 tahun tersebut.
"Ahli patologi yang saya ajak bicara mengatakan saudara saya ditembak dua kali, satu di kaki dan linnya di dada," ujar Njagi.
Baca Juga: Alexandra Cane Ngeluh Tak Bisa Berhubungan Seks Selama Pandemi Corona
Adapun luka di dada, sambung Njagi, menurut ahli patoligi berasal dari tembakan jarak dekat.
Mureithi yang sehari-ahri mengumpulkan barang-barang daur ulang di Mathare untuk dijual, menderita gangguan mental setelah bercerai dengan sang istri 10 tahun yang lalu.
Ia ditembak oleh petugas polisi karena melanggar jam malam yang diterapkan di Kenya untuk menekan sebaran virus corona.
Aktivis hak asasi Kenya Boniface Mwangi mengatakan 19 warga Kenya telah tewas akibat upaya pihak kepolisian dalam menerapkan jam malam. Semua korban berasal dari lingkungan berpenghasilan rendah.
Mwangi menyebut kematian di Kenya dan protes global atas pembuhuan George Floyd di Amerika Serikar menunjukkan bahwa "perjuangan melawan kebrutalan polisi adalah sama di manapun itu."
Baca Juga: Angka Kehamilan Tinggi saat Pandemi, Ridwan Kamil Minta Para Suami Selow
Otoritas Pengawasan Penegakan Hukum yang dibentuk oleh Parlemen Kenya pada Selasa (2/6), mengatakan 15 orang meninggal dan 31 lainnya mengalami lkuka-luka selama polisi menegakkan jam malam di negara tersebut.
Pihak berwenang juga mengatakan telah mengirim tim untuk menyelidiki enam kematian lain yang diduga terkait dengan polisi, termasuk kasus Mureithi.
Di hari yang sama, Selasa (2/6), Kepala Penuntutan Publik Kenya memerintahkan penangkapan dan menuntut seorang perwira polisi atas kematian remaja berusia 13 tahun Yasin Hussein Moyo.
Moyo meninggal setelah ditembak polisi saat berdiri di balkon rumahnya pada Maret lalu. Saat itu polisi tengah melakukan penegakkan jam malam di kawasan rumah korban. Awalnya, polisi mengatakan Moyo meninggal akibat terkena peluru nyasar.