Suara.com - Angka kematian akbat virus corona di Swedia cukup tinggi. Bahkan, jumlahnya menduduki peringkat pertama dunia dalam hitungan rata-rata kematian per kapita. Buntutnya, Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven khawatir.
Menyadur laman DW, Stefan mengumumkan pada Senin (1/6/2020), negaranya akan melakukan penyelidikan tentang penanganan pandemi sebelum musim panas.
Keputusan ini diambil seiring dengan meningkatnya kritik atas kematian warga di panti jompo. Stefan berkata, komisi yang ditunjuk akan bertindak lebih cepat dari rencana semula.
"Kami perlu mengambil pendekatan keseluruhan untuk melihat bagaimana itu bekerja di tingkat nasional, regional dan lokal," kata Lofven kepada harian Swedia, Aftonbladet. "Kami akan membuat keputusan untuk komisi sebelum musim panas," tambahnya.
Baca Juga: Awalnya Santuy, New Normal Ala Swedia Berakhir Gagal Total
Berdasarkan informasi, setidaknya 4.000 warga Swedia meninggal karena virus corona. Setengahnya adalah penghuni panti jompo. Pengujian virus corona di Swedia juga sangat rendah ketimbang negara Skandinavia lain: 100 ribu tes per minggu.
Sebelumnya diberitakan tentang penanganan virus corona di Swedia yang lebih santai dibandingkan negara tetangga seperti Norwegia, Finlandia, dan Denmark.
Ketika negara lain berani mengambil sikap tegas, Swedia justru tetap membuka restoran, kafe dan pub. Sekolah-sekolah juga tetap buka bahkan selama puncak pandemi terjadi.
Negara ini menolak lockdown. Mereka cuma mengandalkan tindakan sukarela warganya dalam menangani virus corona.
Pada akhir Februari, ribuan warga Swedia masih berlibur selama seminggu. Banyak dari mereka yang berkumpul di pegunungan Alpen untuk bermain ski.
Baca Juga: Cedera, Zlatan Ibrahimovic Pulang ke Swedia