Tanggapi Kematian George Floyd, PM Selandia Baru: Ngeri

Syaiful Rachman Suara.Com
Selasa, 02 Juni 2020 | 15:51 WIB
Tanggapi Kematian George Floyd, PM Selandia Baru: Ngeri
Perdana Menteri Selandia Baru Jacinda Ardern memberikan keterangan resmi dalam jumpa pers harian virus corona. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perdana Menteri Jacinda Ardern pada Selasa (2/6/2020) mengaku bahwa dirinya merasa "ngeri" dengan kematian George Floyd dan menyambut aksi protes damai di Selandia baru sebagai bentuk solidaritas.

Namun, Ardern menyesalkan aksi damai tersebut melanggar pembatasan jaga jarak sosial yang ditetapkan pemerintah.

Ribuan warga Selandia Baru mengelar aksi protes damai pada Senin (1/6/2020) di tengah protes di Amerika Serikat dan seluruh dunia yang mengecam bagaimana Floyd, warga kulit hitam, tewas akibat aksi brutal polisi pekan lalu.

"Saya rasa saya bersama dengan orang-orang lainnya karena merasa ngeri dengan apa yang telah kita lihat," kata Ardern kepada lembaga penyiar TVNZ selama wawancara.

Baca Juga: Tak Jadi Terapkan New Normal, Cirebon Berlakukan PSBB Proporsional

"Saya tak ingin menghentikan protes damai.. tetapi ada aturan untuk melindungi warga," tambahnya, merujuk pada pembatasan jaga jarak sosial pada perkumpulan besar.

Demonstrasi diikuti aksi pembakaran, penjarahan dan vandalisme di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Kamis (28/5/2020), di malam ketiga aksi protes publik pada dugaan pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, oleh polisi. [AFP]
Demonstrasi diikuti aksi pembakaran, penjarahan dan vandalisme di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Kamis (28/5/2020), di malam ketiga aksi protes publik pada dugaan pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, oleh polisi. [AFP]

Ardern digambarkan oleh sejumlah pendukung liberal sebagai "anti-Trump," mempromosikan isu-isu seperti keadilan sosial, multilateralisme, dan kesetaraan.

Ardern mendapat pujian global karena menangani dengan penuh kasih penembakan massal paling sadis di negara tersebut pada 15 Maret 2019, ketika seorang supremasi kulit putih membantai 51 jemaah Muslim di dua masjid di Christchurch.

Menurut Ardern, respons negaranya terhadap serangan tersebut memperlihatkan bahwa warga Selandia Baru menolak rasisme dan kebencian. (Antara)

Baca Juga: Liga 1 2020 Lanjut Lagi September dan Tak Ada Degradasi?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI