Suara.com - Pengamat politik Rocky Gerung menanggap situasi New Normal yang disebutkan pemerintah terlalu didramatisasi. Bahkan Rocky mendapati pemulung sampai berbicara soal New Normal.
Pernyataan itu disampaikan Rocky dalam video bincang-bincangnya bersama Hersubeno Arief. Video tersebut diunggah ke kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Senin (1/6/2020).
Menurut Rocky, istilah New Normal itu semacam pleonasme atau penambahan informasi pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.
"Kita itu bukan dramatis soal New Normal ini tapi didramatisasi. Karena didramatisasi, orang menganggap New Normal ini hanyalah sekadar literasi baru, narasi baru dari istana untuk menutupi beberapa soal," kata Rocky.
Baca Juga: Sekeluarga di Tambora Jenuh Diisolasi di Musala: Tolong, Beri Kami Kegiatan
"Karena begitu kata New Normal diucapkan sampai pemulung pun bicara tentang New Normal," imbuhnya.
Hersubeno Arief heran saat Rocky mengatakan bahwa pemulung juga ikut membicarakan New Normal. Tapi Rocky menemukan sendiri hal tersebut.
"Saya bertemu (pemulung), berapa hari lalu itu lewat, dan (berbicara) 'wah pak Rocky New Normal'. Oke, saya bilang, salam New Normal," tutur Rocky pada Hersubeno.
Bagi Rocky, istilah New Normal yang sampai diucapkan oleh pemulung ini dianggapnya jadi semacam ledekan.
"Buktinya, akhirnya Presiden, New Normal isinya berdamai tapi kemudian Presiden kasih isyarat bahwa kita sekarang harus waspada lagi karena ada second wave di beberapa negara," ujar Rocky.
Baca Juga: Satu Keluarga Masih Jalani Isolasi Mandiri di Musala Baitus Salam
Berdasarkan hal inilah, Rocky melihat New Normal hanya didramatisasi. Ia pun khawatir istilah ini akan hilang begitu saja dalam beberapa hari ke depan.
"Saya takutnya vocabulary New Normal ini dalam dua tiga hari ini berakhir karena fakta-fakta dunia menunjukkan bahwa belum normal sebetulnya. Bahkan di negara yang sudah normal membatalkan New Normal," ucap mantan dosen Universitas Indonesia ini.
Rocky berpendapat, sebetulnya masyarakat Indonesia bisa siap setiap saat untuk melakukan New Normal tapi dengan asumsi puncak pandemi Covid-19 sudah terjadi.
"Sekarang, pemerintah belum punya data tentang klimaksnya, tiba-tiba bikin New Normal. Juru bicara istana dan sebagainya katanya sudah bicara dengan epidemiologi, virologis, kalau saya tanya misalnya siapa nama epidemiologi itu, jubirnya akan bilang, ya itu urusan kami dengan dunia profesi akademisi," terang Rocky.
Baginya, semua orang berhak tahu bagaimana proses keputusan situasi New Normal itu ditetapkan. Termasuk siapa epidemiologi yang melakukan penelitian dan datanya dipakai oleh pemerintah.
"Jadi, di dalam kekacauan itu orang akan menganggap ya New Normal artinya dinormal-normalkan sesuatu yang belum normal. Tidak secara natural New Normal itu diperoleh," ucapnya.