Suara.com - Laporan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terkait kemunculan wabah Ebola baru di Kongo menuai gelombang besar respons dari warganet, terutama di jejaring sosial Twitter.
Berdasarkan pantauan Suara.com, Selasa (2/6/2020) pagi, 'Ebola' masuk dalam jajaran trending topic media sosial berlambang burung berwarna biru tersebut.
Umumnya, warganet syok. Soalnya, Ebola baru muncul di tengah pandemi Covid-19 alias corona yang tengah menjadi momok dunia dan belum ada vaksinnya.
Mereka, di antaranya warganet Indonesia, berharap Ebola baru ini tidak menjadi pandemi seperti Covid-19.
Baca Juga: WHO: Wabah Ebola Baru Menyerang Kongo
"Bangun pagi buka trending Indo langsung lihat Ebola, semoga gak jadi pandemi baru #Ebola," cuit pengguna akun Twitter @neilfrans48.
"Corona aja belum kelar, udah ketambahan Ebola aja," kicau pengguna akun Twitter @setempat_.
"Sekarang Ebola. Kapan ini akan berakhir atau jangan-jangan Ini pertanda akhir zaman? Jangan sampai Ebola masuk Indonesia!!" kicau pengguna akun Twitter @WawanTowet.
Sekadar informasi, WHO, Senin (1/6), mengonfirmasi gelombang wabah ke-dua virus mematikan Ebola di Republik Demokratik Kongo. Padahal, wabah pertama mulai berakhir.
Dalam pengarahan di Jenewa Senin (1/6), Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan wabah baru ini terjadi dekat kota Mbandaka di provinsi Equateur.
Baca Juga: Ahli Sebut Wabah Covid-19 Sama Bahayanya dengan Ebola
Melansir dari VOA Indonesia--jaringan Suara.com--, Gubernur provinsi Bobo Boloko Bolumbu juga memastikan adanya empat korban meninggal dunia.
Dia mengatakan sampel-sampel telah dikirim ke INRC, markas riset medis nasional di Kinshasa, untuk konfirmasi kedua. Warga didesak tetap tenang, menjaga kebersihan dan tidak bersalaman.
Tahun 2018, provinsi Equateur mengalami wabah Ebola yang menewaskan 33 orang sebelum akhirnya dikendalikan.
Di tempat lain, DRC timur telah berusaha memberantas wabah virus mematikan itu sejak 2018. Wabah itu menewaskan lebih dari 2.240 orang.
DRC juga berusaha mengatasi wabah campak, yang terbesar di dunia, serta virus corona yang menyebabkan penyakit COVID-19.
Hampir 3.200 penderita virus corona telah dilaporkan di DRC, menurut Universitas Johns Hopkins, yang melacak perebakan Covid-19. 72 orang dilaporkan meninggal dunia.