Pengusaha pakaian dan konsultan pernikahan itu telah menunggu giliran untuk beribadah haji sejak 2012, dan ia mengaku siap lahir batin apapun keputusan pemerintah nanti.
Dwi sudah umrah dua kali, namun ia menilai ibadahnya belum sempurna jika ia belum berhaji.
"Tahun 2010 saya umrah, di tahun 2018 karena lama menunggu haji, dan saya mendapat rezeki lagi, jadi umrah lagi. Tapi keinginan dalam hati itu kalau saya belum haji walaupun sudah dua kali umroh tetap saja belum haji," kata nenek dari empat cucu tersebut.
Dwi mendapat kabar yang didamba-dambakannya, bahwa ia dapat berangkat haji di tahun 2020, pada November.
Baca Juga: Komisi VIII Minta Kemenag Transparan soal Pembayaran Biaya Haji
"[Perasaan saya] luar biasa memang, perjuangan saya setiap tahun kita mesti ke Departemen Agama buat melihat atau melihat internet masih jauh nomornya, lalu belakangan ini saya ada di urutan agak depan sedikit, Alhamdulillah, sejak itu saya sangat bersyukur bisa haji, perasaan saya tertantang, saya harus berubah, harus lebih banyak ibadahnya, tausiahnya," kata Dwi.
Sama seperti Muhamad, Dwi juga mengaku pasrah jika ia gagal haji tahun ini.
"Mukjizat itu Allah yang punya, kita [berserah diri] saja sama Allah, tapi sambil berdoa juga, supaya saya bisa berangkat, berdoa terus, 'ya Allah saya ingin [naik] haji, saya ingin haji, sudah lama menunggu,'" pungkasnya.
Sejarah pembatalan ibadah haji
Menurut data The Saudi King Abdul Aziz Foundation for Research and Archives yang dirilis pada Maret, ibadah haji pernah 40 kali ditiadakan dalam sejarah peradaban manusia, dengan alasan beragam, mulai dari perang sampai wabah penyakit menular.
Baca Juga: Potensi Jadi Kluster Baru, Pemerintah Diminta Pikir Ulang Berangkatkan Haji
Pada 1814, Kerajaan Arab Saudi dilanda wabah thaun, yang juga melanda Mekah dan Madinah sehingga Ka'bah harus ditutup sementara.