Muhamad, yang dulunya bekerja sebagai pegawai negeri sipil, akan menunaikan haji bersama istrinya yang berusia 56 tahun.
Menurutnya, ia sudah menabung untuk bisa berhaji sejak 1989, tahun pertamanya menjadi pegawai negeri. Namun, ia tidak menentukan target berapa yang harus ditabung dalam satu bulan.
"Kalau ada keperluan ya dipakai semua [gaji], namanya pegawai negeri. Saya waktu itu tidak tentukan [berapa yang disisihkan setiap bulan], tidak ada target menabung harus sekian-sekian," katanya.
Jika jadi berangkat haji tahun ini, Muhamad mengatakan ia khawatir bagaimana menjaga diri agar tidak tertular virus corona, karena ada beberapa proses ibadah yang mengharuskannya berada di tengah kerumunan.
Baca Juga: Komisi VIII Minta Kemenag Transparan soal Pembayaran Biaya Haji
"Ritual yang mengkhawatirkan itu tawaf, itu kan berkumpulnya orang di sana mengelilingi Ka'bah, lalu saat wukuf, lalu saat melempar [batu], di saat ada kerumunan-kerumunan yang jumlahnya besar saya khawatir," katanya.
Ia mulai meragukan kepastian ibadah hajinya jadi terlaksana tahun ini ketika pengumuman dari pemerintah Indonesia soal haji terus diundur.
Lima hal tentang dana haji dan kontroversinya Naik haji dengan bersepeda lima minggu dari Inggris untuk galang dana Suriah Singapura tunda keberangkatan kontingen haji sampai 2021, Indonesia belum pasti
"Waktu Maret belum terlalu khawatir, masih ada kepastian kita berangkat tapi akhir-akhir ini setelah Arab Saudi lockdown sudah ada perasaan khawatir. Apalagi kita disuruh menunggu sampai tanggal 20 Mei kemarin, lalu diundur lagi sampai tanggal 1 Juni, tambah khawatir lagi.
"Ada berita gelombang pertama berangkat tanggal 26 Juni, kalau pengumuman tanggal 1 Juni itu kan sangat riskan, mepet sekali waktu, sehingga khawatir," katanya.
Baca Juga: Potensi Jadi Kluster Baru, Pemerintah Diminta Pikir Ulang Berangkatkan Haji
Salah satu calon peserta haji dalam gelombang satu tersebut adalah Dwi Purwati, 56, warga Bandung, Jawa Barat.