Selain itu, ia juga menganjurkan agar jamaah dan calon jemaah haji melakukan cuci tangan dengan sabun untuk mengurangi risiko penularan berbagai penyakit, serta bagi jemaah yang sudah mengalami penyakit jantung kronis, diabetes, gagal ginjal, atau paru kronis untuk melakukan kontrol kesehatan secara rutin.
"Saya kira sudah disebutkan waktu itu tentang jemaah agar berhubungan segera dengan petugas kalau ada keluhan-keluhan yang ada hubungan dengan MERS, hanya memang tidak mudah, karena keluhan MERS ini kan relatif umum, seperti batuk, demam, yang mungkin bisa sering terjadi saat haji," kata Tjandra saat dihubungi pada Jumat (29/05).
"Saya tidak ingat apakah ada jamaah yang tertular tapi sepanjang kita tahu kita bisa menanggulangi MERS cukup baik saat itu, sehingga masalahnya tidak terlalu besar."
Tidak ada jamaah asal Indonesia yang tertular meningitis pada musim haji 2015 saat itu, kata Kementerian Kesehatan kala itu.
Baca Juga: Komisi VIII Minta Kemenag Transparan soal Pembayaran Biaya Haji
Haji terancam batal, calon peserta haji berdoa agar 'dipanjangkan umurnya'
Meskipun ibadah haji pernah dilakukan di tengah wabah, termasuk meningitis, SARS, dan MERS, tetapi baru tahun ini tercatat pelaksanaannya terancam batal lantaran pandemi global dalam sejarah modern manusia.
Salah satu calon peserta haji yang rencananya berangkat tahun ini adalah Muhamad Amir. Pensiunan berusia 62 tahun tersebut mengaku ikhlas jika memang gagal haji tahun ini, meskipun ia sudah menunggu selama sembilan tahun.
"Kecewa sih tidak tapi ada perasaan sedih. Kita sudah sejak tahun 2011 menunggu, karena sudah ada kepastian berangkat tahun 2020, pas tiba saatnya begini terus ada kejadian pandemi Covid-19, dan belum ada ketentuan [soal pelaksanaan haji].
"Ya gimana ya, perasaan sedih lah," kata ayah dari dua anak tersebut.
Baca Juga: Potensi Jadi Kluster Baru, Pemerintah Diminta Pikir Ulang Berangkatkan Haji
"Untuk tahun depan, ya namanya umur, kita kan juga belum tahu ya, ya mudah-mudahan saja dipanjangkan umurnya," ujar Muhamad.