Suara.com - Perusahaan tambang asal Inggris, Rio Tinto meledakkan gua suku Aborigin berumur 46 ribu tahun saat memperluas proyek bijih besi. Menyadur BBC pada Senin (01/06/2020), pihak Rio Tinto langsung minta maaf atas kesalahan yang mereka buat.
"Kami mohon maaf atas kesusahan yang telah kami sebabkan. Kami memberi hormat kepada Puutu Kunti Kurrama dan Orang Pinikura (PKKP)," kata Chris Salisbury, kepala eksekutif bijih besi perusahaan.
"Kami akan terus bekerja dengan PKKP untuk belajar dari apa yang telah terjadi dan memperkuat kemitraan kami. Sebagai hal yang mendesak, kami sedang meninjau rencana semua situs lain di daerah Juukan Gorge," katanya.
Ada banyak barang bersejarah di dalam gua Aborigin tersebut, di antaranya artefak berupa sabuk yang terbuat dari rambut manusia. Tentu saja hancurnya gua berusia puluhan ribu tahun mengejutkan pihak PKKP sebagai pemilik situs tradisional tersebut.
Baca Juga: Sejumlah Perusahaan Tambang Tak Bayar Pajak Puluhan Triliun ke Negara
"Ada beberapa situs Aborigin yang dikenal di Australia yang setua ini... Pentingnya tidak bisa diremehkan," kata perwakilan PKKP, John Ashburton.
"Rakyat kami sangat sedih dengan penghancuran tempat-tempat perlindungan batu ini dan berduka karena kehilangan hubungan dengan leluhur kami dan juga tanah kami," lanjutnya.
Menteri Urusan Adat Australia Ken Wyatt, yang merupakan suku Aborigin mengatakan "tidak dapat memahami" mengapa ledakan itu berlanjut, tapi ia juga menambahkan itu merupakan "kesalahan asli".
"Hukum negara telah gagal dalam hal ini," katanya.
Sementara itu, pihak perusahaan tambang Rio Tinto mengakui kesalahannya dan berkata pengelolaan warisan Australia Barat perlu ditinjau kembali.
Baca Juga: Daftar Saham Perusahaan Tambang yang Ambruk karena Virus Corona
"Hari ini kami juga mengakui bahwa diperlukan tinjauan sehubungan dengan pengelolaan warisan di Australia Barat secara lebih luas," kata Salisbury.