Kematian George Floyd dan Sejarah Rasisme Amerika

Senin, 01 Juni 2020 | 15:38 WIB
Kematian George Floyd dan Sejarah Rasisme Amerika
Sejumlah bagian Minneapolis, Amerika Serikat, hebat terbakar sejak Kamis (28/5/2020) pagi, setelah warga setempat turun ke jalan memprotes kematian George Floyd. [Antifa]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Selama musim panas 1919, kekerasan ras besar-besaran meletus di Amerika. Di Chicago, Eugene Williams, seorang remaja kulit hitam dibunuh pada 27 Juli 1919 karena berenang di bagian khusus 'kulit putih' Danau Michigan.

Persis seperti amarah pasca kematian Floyd, massa juga geram ketika William dibunuh.

Presiden Amerika Serikat, Barack Obama (Shutterstock).
Barack Obama, Presiden kulit hitam pertama di Amerika Serikat. (Shutterstock).

Unjuk rasa ini berlanjut sekitar sebulan dan berakhir pada Agustus 1919 dengan kematian 15 orang kulit putih, 23 orang kulit hitam dan sedikitnya 500 orang terluka. Jumlah ini belum termasuk ribuan keluarga kulit hitam yang kehilangan rumah.

Melanjutkan tulisan Keisha, penyerangan polisi pada aktivis kulit hitam selama kampanye Birmingham 1963 dan pawai Selma-to-Montgomery 1965 adalah akar rasis polisi Amerika. Kekerasan itu menargetkan pria, wanita dan anak kulit hitam.

Baca Juga: Aksi Solidaritas untuk George Floyd Menjalar hingga ke Inggris

Melesat jauh pada tahun 2009, untuk pertama kalinya Amerika memiliki presiden kulit hitam. Ia adalah Barrack Hussein Obama yang dilantik pada 20 Januari. Tentu saja ini menjadi angin segar bagi warga kulit hitam.

Sayangnya, meskipun Obama memiliki banyak prestasi di bidang pemerintahan, ia tetap disebut sebagai akar meningkatnya permasalahan rasial yang terjadi sepanjang pemerintahannya.

Kembali pada pembunuhan George Floyd, jika Marthin Luther King Jr masih hidup, mungkin ia akan menatap kosong pada kertas pidatonya yang fenomenal 'I Have Dream'. Akankah keadilan bagi orang kulit hitam selamanya menjadi mimpi?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI