Sebut Siswa Stres di Rumah, DPRD DKI: Yang Di-lockdown Virus, Bukan Sekolah

Senin, 01 Juni 2020 | 15:29 WIB
Sebut Siswa Stres di Rumah, DPRD DKI: Yang Di-lockdown Virus, Bukan Sekolah
Ilustrasi--kegiatan belajar mengajar di China kembali dibuka, Senin (27/4/2020). [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Zita Anjani, mengkritisi kebijakan pemerintah yang tidak tegas mengenai pembukaan sekolah. Dia menolak penutupan sekolah yang terlalu lama buntut pandemi Covid-19 yang hingga kini masih terjadi.

Zita berpendapat, banyak siswa yang stees akibat lama tidak bersekolah. Menurutnya, hal itu bisa mengakibatkan perkembangan emosional dan sosial para siswa terganggu.

"Anak-anak sudah stres. Perkembangan emosional dan sosialnya terganggu. Saya pendidik, ikatan batin saya dengan anak-anak rasanya sangat kuat. Tidak tahan rasanya lihat mereka tercabut dari dunianya. Negara harus menyiapkan dunia yang aman buat anak-anak, bukan menggantung bahkan menjauhkannya," kata Zita dalam keterangan tertulisnya, Senin (1/6/2020).

Zita menilai, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah tidak memiliki rencana yang jelas dalam menyikapi permasalahan tersebut. Dia berpendapat, pemerintah seharusnya bertanggung jawab untuk memberikan ketenangan.

Baca Juga: Nyaris 10 Jam Tertimpa Longsor Batu Besar, Ahmad Masih Bisa Hidup

"Situasi tidak pasti. Yang dibutuhkan warga, kejelasan. Kalau sudah turun dari seribu ke enam ratus per hari, mall kita buka. Kalau udah turun dari enam ratus ke tiga ratus, sekolah kita buka. Kalau naik lagi, sekolah kita tutup lagi. Jadi, kita punya harapan dan ukuran. Tidak seperti sekarang, digantung," tambahnya.

"Pemerintah tidak punya rencana jelas, jadi macam-macam orang datang bawa rencana. Menteri ini dan menteri itu simpang siur. Wacana desember itu bentuk pesimisme orang sama pemerintah. Jangan hanya ekonomi-ekonomi terus," jelas dia.

Lebih lanjut, Zita turut mempertanyakan kesiapan kementerian terkait dalam menyiapkan kurikulum belajar online. Selain itu, dia menilai prosedur penyelenggaraan pendidikan new normal masih belum bisa disampaikan.

"Infrastrukturnya perlu, misalnya wastafel yang jumlahnya memadai. Random test per dua minggu. No adult school selain guru, jadi contact tracing makin jelas. Bikin kurikulum online juga yang bisa jadi panduan. Kalau mau diskusi siapa saja ayuk, saya bisa jelaskan dari A sampai Z. Kalau ini siap, besok juga bisa buka sekolah. Kalau tidak disiapkan, desember juga masih berisiko," tutup Zita.

Baca Juga: Izin Acara Ditolak Polisi, Ormas Anti PKI Tetap Berkumpul di Halaman Masjid

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI