Suara.com - Presiden Amerika Serikat Donald Trump dilarikan ke bunker Gedung Putih, Washington, Jumat malam, saat pecahnya aksi memprotes kematian tragis George Floyd.
Sementara di luar gedung putih, ratusan demonstran mengepung bangunan tersebut. Mereka melempari Gedung Putih dengan batu dan berupaya menerobos barikade polisi.
Menyadur South China Morning Post, Senin (1/6/2020), Trump menghabiskan waktu kurang lebih 1 jam di bunker itu, menurut pendukung partai republik yang menolak disebutkan namanya.
Ketika protes berakhir ricuh, agen US Secret Service mengevakuasi Trump menuju bunker itu. Tidak jelas apakah Melania Trump dan Barron Trump, putranya, ikut diungsikan.
Baca Juga: Dianggap Teroris oleh Trump, Siapa Sebenarnya Kelompok Antifa?
Adapun bunker tempat Trump kabur tersebut memang didesain jika ada situasi gawat darurat menimpa presiden ataupun pejabat lain, seperti serangan teroris.
Menyadur The Guardian, Minggu (31/05), para demontran bertahan di depan gedung putih dan terlibat bentrok dengan aparat keamanan yang terdiri dari Secret Service, Polisi Distrik Columbia, dan Polisi sekitar.
Ratusan demonstran meneriakkan "Aku tidak bisa bernapas", "Black Lives Matter" dan "F**k Donald Trump!", sembari mengitari lapangan Gedung Putih, pada hari Sabtu (30/05).
Gabungan pihak keamanan tersebut membentuk barikade ketika presiden AS kembali ke Gedung Putih dari perjalanan ke Florida. Lafayette Square, taman di depan rumah eksekutif, ditutup dengan penghalang baja.
Protes di Gedung Putih dimulai pada hari Jumat, ketika kerumunan ratusan orang berkumpul di depan kediaman presiden Donald Trump. Pada saat yang sama, Trump mengeluarkan cuitan melalui akun Twitter yang berbunyi bahwa pengunjuk rasa bisa diserang oleh "anjing ganas dan senjata" yang digunakan oleh Dinas Secret Service AS.
Baca Juga: Rusuh Protes George Floyd, Trump Masukkan Antifa ke Daftar Teroris
Pada hari Sabtu (30/05), beberapa pengunjuk rasa tinggal di dekat Gedung Putih, sementara yang lain berbaris di jalan-jalan meneriakkan, "Tidak ada keadilan dan tidak ada perdamaian." dan "Sebut namanya: George Floyd."
Di Lincoln Memorial, seorang demonstran berbicara melalui megafon, "Lihat ke kiri dan ke kanan, dan terima kasih kepada kalian. Kami tidak bisa memeluk siapa pun karena Covid tetapi saya tetap mencintaimu."
Pawai berhenti di antara Monumen Washington dan Museum Afrika-Amerika dan para demonstran duduk di jalan sesaat. Banyak pemrotes mengenakan topeng, tetapi tidak secara sosial menjauhkan diri.
Pada Sabtu malam, pengunjuk rasa menerobos penghalang di depan Gedung Putih dan memasuki taman, tetapi diusir oleh polisi yang menggunakan perisai, pentungan dan semprotan merica.
Menurut laporan Washigton Post, demonstran merusak beberapa kendaraan dinas Secret Service dan mendorong petugas yang menggunakan perisai.
Sebuah video yang diunggah oleh akun Twitter @finnygo seorang wartawan CBC News, memperlihatkan ketegangan meningkat ketika sabtu malam, tempat sampah dan mobil di dekat Gedung Putih dibakar, dan jendela-jendela beberapa toko hancur.
Dalam sebuah video yang ditayangkan Fox News, Polisi yang menggunakan perisai tersebut terlihat membalas mendorong bahkan hingga menyebabkan salah seorang demonstran terjadih. Alhasil kerusuhan tidak dapat dihindarkan.
Pihak Secret Service mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (30/05), bahwa enam pemotres ditangkap di Washington dan "banyak" petugas terluka. Tidak ada perincian tentang cedera tersebut.
Seorang juru bicara kepolisian taman AS mengatakan petugas mereka tidak melakukan penangkapan, tetapi beberapa menderita luka ringan dan satu dibawa ke rumah sakit setelah tertembak.