Suara.com - Nasib wartawan yang bekerja di perusahaan teknologi terbesar saat ini akan terancam kehilangan pekerjaannya. Sebab Microsoft berencana akan menggantikan puluhan wartawan dengan teknologi terbarunya.
Menyadur BBC News pada Minggu (31/05), seperti beberapa perusahaan teknologi lainnya, Microsoft juga membayar media berita untuk menampilkan konten mereka di situs web Microsoft Network (MSN).
Untuk memilih berita dan mengolahnya dan kemudian diterbitkan di situs tersebut, mereka mempekerjakan puluhan jurnalis. Namun mantan perusahaan Bill Gates ini akan menggantikannya dengan kecerdasan buatan atau artificial intelligence.
Menurut laporan Seattle Times, sekitar 50 produser berita kontrak akan kehilangan pekerjaan pada akhir Juni ini, tetapi tim jurnalis akan tetap bekerja.
Baca Juga: Simpel, Ini Cara Menghilangkan Garis di Bawah Kalimat Pada Microsoft Word
Beberapa jurnalis yang dipecat memperingatkan bahwa kecerdasan buatan tidak sepenuhnya mengetahui pedoman editorial yang ketat, dan akhirnya bisa menerbitkan cerita yang tidak pantas.
Dikutip dari The Guardian, dua puluh tujuh dari mereka yang kehilangan pekerjaan dipekerjakan oleh media-media Inggris.
Seorang jurnalis yang dikutip di koran mengatakan: "Saya menghabiskan seluruh waktu saya membaca tentang bagaimana otomatisasi dan AI akan mengambil semua pekerjaan kami- sekarang sudah terjadi"
Microsoft adalah salah satu dari banyak perusahaan teknologi yang bereksperimen mengenai jurnalisme robot yang bertujuan untuk memangkas biaya. Google juga ikut berinvestasi dalam proyek tersebut dan memahami bagaimana cara kerjanya.
Kurasi berita dari organisasi berita, pemilihan tajuk, dan gambar untuk situs MSN akan digantikan oleh kecerdasan buatan. Program tersebut akan melakukan tugas-tugas produksi berita yang diterbitkan di MSN.
Baca Juga: Microsoft Luncurkan Tablet Ramah di Kantong Surface Go 2
Microsoft mengatakan itu adalah bagian dari evaluasi bisnisnya.
"Seperti semua perusahaan, kami mengevaluasi bisnis secara teratur. Ini dapat menghasilkan peningkatan investasi di beberapa tempat dari waktu ke waktu. Keputusan ini bukan akibat dari pandemi (Covid-19) saat ini," tulis Microsoft dalam sebuah pernyataan dikutip dari BBC News.