Kerusuhan Akibat Protes George Flyod Merajalela, AS Terapkan Jam Malam

Minggu, 31 Mei 2020 | 16:49 WIB
Kerusuhan Akibat Protes George Flyod Merajalela, AS Terapkan Jam Malam
Kerusuhan di Minneapolis, AS, sejumlah tempat terbakar. (Anadolu Agency/Jordan Strowder)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Selain Covid-19, Amerika Serikat saat ini sedang dilanda aksi protes akibat kematian George Flyod karena tindakan oknum polisi. Aksi protes tersebut juga berujung pada kerusuhan dan bentrok antara para pengunjuk rasa dan aparat.

Menyadur BBC News, Minggu (30/05), Amerika Serikat telah memutuskan untuk memberlakukan jam malam di kota-kota AS untuk membendung kerusuhan yang dipicu oleh kematian seorang pria kulit hitam dalam tahanan polisi.

Protes yang sangat damai belakangan berubah menjadi kekerasan di banyak daerah, banyak mobil dan gedung-gedung dibakar, bahkan polisi anti huru hara menggunakan gas air mata dan peluru karet untuk menghalau demonstran.

Hingga kini, demonstrasi besar yang menuntut keadilan atas kematian George Flyod telah terjadi di setidaknya 30 kota di seluruh AS.

Baca Juga: Protes George Floyd, Demonstran Bentrok dengan Polisi di Depan Gedung Putih

Polisi Los Angeles menembakkan peluru karet ketika mereka mencoba membubarkan kerumunan yang melemparkan botol dan membakar mobil patroli mereka.

Di New York, sebuah video menunjukkan mobil polisi melaju ke kerumunan demonstran. Namun walikota Bill de Blasio mengatakan kerusuhan tidak dipicu oleh tindakan polisi tersebut, tetapi Perwakilan Kongres Alexandria Ocasio-Cortez mengatakan komentarnya itu tidak dapat diterima dan dia seharusnya tidak membuat pernyataan tersebut.

Di Chicago, pengunjuk rasa melemparkan batu ke arah petugas anti huru-hara kemudian dibalas oleh petugas dengan menembakkan gas air mata. Beberapa orang ditangkap dalam aksi di kota tersebut.

Di Atlanta, di mana bangunan dirusak pada hari Jumat (29/05), jam malam dan keadaan darurat diumumkan di beberapa daerah untuk melindungi warga sekitar.

Demonstrasi diikuti aksi pembakaran, penjarahan dan vandalisme di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Kamis (28/5/2020), di malam ketiga aksi protes publik pada dugaan pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, oleh polisi. [AFP]
Demonstrasi diikuti aksi pembakaran, penjarahan dan vandalisme di Minneapolis, Amerika Serikat, pada Kamis (28/5/2020), di malam ketiga aksi protes publik pada dugaan pembunuhan George Floyd, pria kulit hitam berusia 46 tahun, oleh polisi. [AFP]

Di Minneapolis, kota yang menjadi tempat kejadian Flyod meninggal  juga terjadi kerusuhannya. Sekitar 700 petugas National Guard dikerahkan untuk membantu polisi di Minneapolis dan mereka bertindak cepat untuk menegakkan jam malam yang diberlakukan di sana.

Baca Juga: Kylian Mbappe Tunjukkan Solidaritas untuk George Floyd

National Guard sendiri adalah pasukan cadangan militer yang dapat dipanggil oleh presiden AS atau gubernur negara bagian untuk membantu mengamankan keadaan darurat domestik di wilayah tersebut.

Selama dua hari berturut-turut, para demonstran melakukan aksi di depan para petugas National Guard di luar Gedung Putih di Washington, DC.

Di Philadelphia juga menerapkan jam malam, 13 petugas polisi terluka dan setidaknya 35 orang ditangkap ketika toko dijarah, mobil polisi dibakar dan bangunan dirusak. Jam malam juga diberlakukan di Portland dan Louisville, dan di kota-kota lain.

Aksi demonstrasi di kota-kota tersebut dipicu oleh seorang mantan polisi bernama Derek Chauvin yang dituduh membunuh pria bernama George Floyd berusia 46 tahun, di Minneapolis.

Mantan polisi berkulit putih tersebut akan menghadapi pengadilan pada hari Senin (01/06).

Dalam rekaman video, Mr Chauvin terlihat berlutut di leher Mr Floyd selama beberapa menit pada hari Senin (25/05). Mr Floyd berulang kali mengatakan bahwa ia tidak dapat bernapas namun tidak digubris oleh sang polisi.

Kasus Floyd menghidupkan kembali kemarahan warga AS atas pembunuhan polisi terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat. Seperti kasus Michael Brown di Ferguson, Eric Garner di New York dan lainnya yang telah mendorong gerakan Black Lives Matter.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI