Awalnya Santuy, New Normal Ala Swedia Berakhir Gagal Total

Sabtu, 30 Mei 2020 | 19:13 WIB
Awalnya Santuy, New Normal Ala Swedia Berakhir Gagal Total
Siswa Swedia merayakan kelulusan mereka di Stockholm, April 2020. (Andres Kudacki/The New York Times/Redux)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Swedia sempat menjadi rujukan banyak negara, bahwa sebuah wilayah bisa tetap bertahan menghadapi pandemi covid-19 tanpa pemberlakuan kebijakan lockdown atau pembatasan sosial yang ketat.

Anggapan itu mungkin saja benar bila diucapkan pada pertengahan Mei 2020. Namun situasi Swedia terkini nyatanya jauh dari perasaan optimistis. Efek pandemi covid-19 mulai meneror negara Nordik tersebut.

Menyadur Wired, Swedia diketahui tidak sekali pun menerapkan kebijakan lockdown saat dunia gonjang-ganjing diterpa virus corona.

Pemerintah hanya memberi imbauan jaga jarak, di mana keputusan tetap berada di tangan masing-masing warga.

Baca Juga: Rumah Ibadah Akan Dibuka Saat New Normal, Menag Terbitkan Surat Edaran Ini

Di ibu kota Swedia, Stockholm, restoran, kafe, bar, hingga sekolah-sekolah masih tetap dibuka, bahkan hingga kekinian. Masyarakat hanya disarankan untuk tinggal di rumah apabila merasa sakit.

Kendati terlihat 'bodo amat' atau santuy terhadap pandemi covid-19, data mobilitas warga Swedia nyatanya mengungkapkan bahwa orang-orang turut mencemaskan infeksi virus corona.

Selama akhir pekan Paskah, mobilitas warga Swedia diketahui menurun dibanding kondisi normal. Banyak perusahaan swasta juga meminta karyawannya bekerja dari rumah.

Kota Lund, Swedia. (pixabay.com/Frank_P_AJJ74)
Kota Lund, Swedia. (pixabay.com/Frank_P_AJJ74)

Kekinian, kebijakan new normal atau kenormalan baru--mungkin bisa juga disebut Herd Immunity--ala Swedia dalam menghadapi Covid-19, mulai terlihat kacau balau.

Sudah lebih dari 4.000 orang tewas di negara berpenduduk sekitar 10 juta jiwa itu. Selama 7 dari 14 hari terakhir, Swedia bahkan memiliki rataan kematian per kapita paling tinggi di dunia.

Baca Juga: Kilas Balik Penanganan Covid-19 di Indonesia: Terlambat dan Arogan

"Swedia sama sekali tidak banyak berubah," kata Paul Franks, seorang ahli epidemiologi di Lund University dikutip dari Wired, Sabtu (30/5/2020).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI