Suara.com - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mendapat kritik tajam seusai menunjukkan kemarahannya terkait bantuan mobil Polymerase Chain Reaction (PCR).
Dalam rekaman yang beredar, Risma menunjukkan kekesalannya lantaran mobil PCR yang sediakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk Surabaya dibawa oleh Rumpun Kuratif Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Jawa Timur.
Kemarahan Risma ini mendapat sorotan dari tokoh Papua, Christ Wamena.
Christ Wamena melalui cuitan di akun Twitter pribadinya menilai Risma telah bersikap egois lantaran kerap menunjukkan kemarahan di hadapan publik.
Baca Juga: Panitia Diskusi FH UGM Diteror, DPR: Aparat Harus Segera Tangkap Pelakunya!
"Ini tipe pemimpin ego, shok sangat paham kerja akhirnya bawaannya marah-marah terus dalam setiap tangani masalah," tulis Christ Wamena seperti dikutip Suara.com.
Christ Wamena lantas mempertanyakan maksud dari aksi emosional Risma tersebut. Ia mengklaim kemarahan seseorang biasanya digunakan untuk menutupi kekurangan pribadi.
"Apakah dengan marah-marah seperti ini lalu dianggap hebat? Biasanya marah-marah itu untuk menutupi ketidakmampuan," imbuhnya.
Dalam cuitannya tersebut, Christ Wamena menyertakan video Risma yang dengan nada tinggi menelepon Ketua Gugus Tugas Kuratif Satgas Penanganan Covid-19 Jatim dr Joni Wahyuhadi..
Sebelumnya, dalam sambungan telepon itu, Risma mengatakan bawah dirinya yang meminta bantuan mobil PCR melalui beberapa koleganya.
Baca Juga: Kemensos : Realisasi Bantuan Sosial Tunai di DIY Capai 95 Persen
Ia merasa kecewa karena mobil tersebut diserobot oleh Pemprov Jatim. Bahkan saking kesalnya, Risma berseloroh mengaku 'siap perang;.
Sementara itu, Kadiskominfo Surabaya M Fikser membenarkan jika mobil PCR tersebut adalah Risma sendiri yang mengusahakan peminjamannya.
Namun, setelah banyak warga yang menunggu untuk tes PCR, malah mobil tersebut tidak datang.
Di sisi lain, dr Joni Wahyuhadi mengatakan bahwa insiden Wali Kota Risma murka terjadi karena adanya kesalahpahaman.
"Kita sudah rundingkan semuanya waktu malam, mobil ini mau dikirim ke mana. Ternyata identifikasi di Sidoarjo sudah menunggu lama sehingga kita kirimkan ke Sidoarjo seharian di sana, hari kedua mobil sudah ada dua standby di rumah sakit darurat, sebelumnya sore kami sudah berkoordinasi, diskusi banyak sekali yang minta. Kemudian Tulungagung dan Lamongan juga banyak," katanya Jumat (29/5/2020) malam.