Kerusuhan Minneapolis,Kata Terakhir George Floyd: Saya tak bisa bernapas

BBC Suara.Com
Sabtu, 30 Mei 2020 | 09:38 WIB
Kerusuhan Minneapolis,Kata Terakhir George Floyd: Saya tak bisa bernapas
[BBC]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasukan Garda Nasional Amerika Serikat dikerahkan di Minneapolis setelah kerusuhan terjadi, menyusul tewasnya seorang pria kulit hitam saat ditahan polisi kulit hitam. George Floyd berkata "saya tak bisa bernapas",  juga "jangan bunuh saya" saat ditahan dan ditekan lehernya ke tanah dengan menggunakan lutut oleh polisi kulit putih.

Kematiannya menyebabkan protes di Minneapolis, Amerika Serikat.

Polisi dan pengunjuk rasa bentrok pada malam ketiga di kota itu.

Laporan mengatakan satu pos polisi diserang dan petugas tampak kabur dari bangunan tersebut yang dibakar oleh pendemo. Ini adalah Kantor Polisi Distrik 3 Minneapolis, yang diyakini merupakan pos polisi dimana para petugas yang terlibat dalam pembunuhan George Floyd bekerja.

Baca Juga: Satgas Covid-19 DPR Pantau Persiapan New Normal Sektor Usaha

Polisi menembakkan gas air mata, sementara para demonstran melemparkan batu dan menyemprotkan cat di mobil polisi.

Penyebabnya kematian seorang pria kulit hitam tak bersenjata, George Floyd, 46 tahun, di tangan polisi – yang direkam oleh sebuah video.

Di video itu leher Floyd diinjak dengan menggunakan lutut oleh seorang polisi dan terdengar Floyd berkata "saya tak bisa bernapas".

Sebanyak empat orang polisi dipecat sesudah video itu beredar, sementara wali kota berkata bahwa berkulit hitam “bukanlah alasan untuk dijatuhi hukuman mati”.

Kejadian ini mengingatkan kembali pada kasus Eric Garner yang dicekik oleh polisi di New York pada tahun 2014.

Baca Juga: Kronologi Lengkap Wali Kota Risma Ngamuk sampai Gemetar Karena Mobil PCR

Kematian Garner menyebabkan seruan protes besar-besaran menghadapi kebrutalan polisi di Amerika dan menjadi penggerak utama gerakan Black Lives Matter.

Apa perkembangan terbaru?

Gubernur Minnesota Tim Walz mengerahkan pasukan garda nasional negara bagian itu pada hari Kamis (28/05) atas permintaan walikota Minneapolis dan St. Paul yang bertetangga, menyatakan situasi yang terjadi sebagai "darurat masa damai".

Dia mengatakan penjarahan, perusakan dan pembakaran pada malam sebelumnya telah mengakibatkan kerusakan pada banyak tempat usaha, termasuk yang dimiliki oleh minoritas.

"Kematian George Floyd harus mengarah pada keadilan dan perubahan sistemik, tidak lebih banyak kematian dan kehancuran," katanya dalam sebuah pernyataan yang menyerukan semua protes untuk tetap damai.

Walikota Minneapolis, Jacob Frey, Rabu, menyerukan dakwaan kriminal terhadap polisi yang terekam sedang menekan leher Floyd ke tanah. Empat petugas polisi yang terlibat dalam penangkapan telah dipecat.

Bagaimana protes itu bermula?

Protes bermula Selasa (26/5) sore saat ratusan orang turun ke perempatan lokasi terjadinya peristiwa. Peristiwanya sendiri terjadi pada Senin (25/5) malam.

Penyelenggara berupaya mempertahankan protes tetap berlangsung damai dan patuh pada penjarakan sosial terkait pandemi.

Para demonstran menyerukan yel-yel: “Saya tak bisa bernapas” dan “Itu bisa menimpa saya”.

Salah seorang pemrotes Anita Murray berkata kepada Washington Post: "Sebenarnya saya takut keluar rumah karena kita sedang di tengah-tengah pandemi begini. Tapi tak mungkin saya diam saja?"

Kerumunan ratusan orang itu lalu berjalan bersama ke kantor polisi tempat bertugasnya anggota polisi yang diduga bertanggung-jawab untuk pencekikan Floyd.

Mobil patroli kepolisian disemprot dengan cat dan ditulisi, para pemrotes lalu melemparkan batu ke kantor polisi. Polisi menembakkan gas air mata dan granat suara serta semprotan busa.

Seorang pemrotes menyampaikan kepada stasiun TV CBS: "Ini benar-benar buruk. Polisi harus mengerti, inilah iklim yang mereka ingin ciptakan."

Seorang lagi berkata: "Saya berlutut dan memberi tanda damai, tapi mereka menembakkan gas air mata ke arah saya."

Menurut polisi, seorang mengalami cedera tidak serius sesudah dipaksa menjauh dari area protes. Namun kepolisian tidak merinci hal itu.

Apa yang terjadi pada George Floyd?

Petugas kepolisian sedang menanggapi laporan penggunaan uang palsu, dan mereka mendekati Floyd yang sedang berada di kendaraannya.

Menurut polisi, ia diminta untuk menjauh dari kendaraannya dan secara fisik melawan petugas.

Pernyataan polisi menyebutkan: “Petugas berhasil memborgol tersangka dan mencatat ia tampak mengalami tekanan medis”.

Video yang diambil dari lokasi peristiwa tidak memperlihatkan bagaimana awal konfrontasi itu.

Video itu memperlihatkan seorang petugas polisi kulit putih menggunakan lututnya untuk menekan leher Floyd ke tanah.

George Floyd mengerang "tolong, saya tak bisa bernapas" dan "jangan bunuh saya" sementara itu orang-orang yang lewat menyerukan kepada para petugas untuk melepaskannya.

George Floyd lalu berhenti bergerak, dan ambulans tiba untuk membawanya ke rumah sakit. Tak lama Floyd meninggal di sana.

Pihak berwenang mengidentifikasi empat petugas yang terlibat adalah Derek Chauvin, Tou Thao, Thomas Lane dan J Alexander Kueng.

Media lokal menyebut Chauvin sebagai petugas yang terlihat dengan lututnya berada di leher Floyd.

Federasi Petugas Kepolisian Minneapolis mengatakan para petugas kooperatif selama penyelidikan. Dalam sebuah pernyataan kepada media lokal, federasi mengatakan "sekarang bukan waktunya untuk segera menghakimi".

"Kita harus meninjau semua video. Kita harus menunggu laporan pemeriksaan medis."

Apa tanggapan akan insiden ini?

Saudara lak-laki Floyd, Philonise Floyd berharap personel polisi yang terlibat dalam kasus ini mendapat hukuman mati.

"Saya tidak akan mendapatkan kembali saudara laki-laki saya," ujarnya kepada CNN pada Kamis (28/05).

"Kami butuh keadilan," ujarnya kemudian.

Dengan mata berkaca-kaca, dia mengatakan petugas yang "mengeksekusi saudaranya di siang bolong" harus ditangkap dan dia "muak melihat banyak orang kulit hitam meninggal dunia".

Dia menambahkan dia memahami alasan dibalik kerusuhan yang dipicu oleh kematian saudara laki-lakinya.

Kepala Kepolisian Minneapolis Medaria Arradondo meminta maaf atas "rasa sakit, kesedihan dan trauma" yang disebabkan oleh kematian Floyd dan mengatakan departemennya telah berkontribusi pada "hilangnya harapan" di kota itu.

Ketua Hak Asasi Manusia PBB Michelle Bachelet juga mengutuk kematian Floyd, dengan mengatakan bahwa peran "diskriminasi ras yang mengakar" harus diakui dan ditangani.

Dia menyerukan para pemrotes untuk bertindak secara damai, dan agar polisi "berhati-hati untuk tidak tidak membuat situasi lebih tegang".

Presiden Donald Trump "sangat kecewa" ketika dia melihat rekaman kematian Floyd, kata sekretaris pers Gedung Putih Kayleigh McEnany kepada wartawan, Kamis.

"Dia ingin keadilan dilayani."

Sejumlah selebriti dan atlet, termasuk John Boyega, LeBron James, Beyonce, dan Justin Bieber, juga menyatakan kemarahannya atas insiden itu.

Sebelumnya, Wali kota Jacob Frey mengatakan langkah untuk memecat pada petugas itu “sudah tepat”.

Katanya: "Berkulit hitam di Amerika bukan alasan untuk dibunuh. Selama lima menit kita menyaksikan petugas polisi kulit putih menekan lututnya ke leher seorang pria kulit hitam. Lima menit. Ketika kita mendengar seseorang minta tolong, kita seharusnya menolong."

Polisi Federal Amerika atau FBI menyelidiki kejadian ini dan akan menyampaikan temuan mereka kepada kejaksaan Minnesota untuk mencari kemungkinan adanya kejahatan federal.

Senator Minnesota Amy Klobuchar menyerukan adanya penyelidikan menyeluruh. Katanya: "Keadilan harus ditegakkan untuk pria ini dan keluarganya, keadilan harus ditegakkan di masyarkaat, keadilan harus ditegakkan di negara kita."

Banyak seruan agar para petugas ini dituntut dengan tuntutan melakukan pembunuhan.

Buku panduan kepolisian Minnesota menyatakan, di bawah kebijakan penggunaan kekerasan, petugas dilatih teknik untuk menekan leher dengan lutut tanpa harus menghambat aliran napas. Teknik ini digolongkan sebagai pilihan kekerasan yang tidak mematikan.

Mengapa kasusnya sangat sensitif?

Tuduhan kebrutalan polisi kerap disorot sejak gerakan Black Lives Matter. Ini bermula sesudah dibebaskannya petugas ronda lingkungan George Zimmerman sehabis ia menembak mati seorang remaja Afrika-Amerika Trayvon Martin bulan Februari 2012.

Kematian Michael Brown di Ferguson dan Eric Garner di New York tahun 2014 memicu protes massal.

"Saya tak bisa bernapas" menjadi seruan protes nasional sesudah Garner, seorang pria tak bersenjata, melontarkannya saat ditahan polisi dengan cara dicekik karena dituduh menjual rokok ketengan secara ilegal.

Petugas polisi Kota New York yang terlibat dalam pembunuhan Garner dipecat lima tahun kemudian, tapi tak ada yang dituntut hukuman.

Peristiwa terbaru kebrutalan polisi adalah penembakan terhadap seorang perempuan kulit hitam di rumahnya di Louisville oleh tiga orang polisi kulit putih dari Kentucky. Lalu ada pula penembakan seorang pria oleh petugas polisi di Maryland.

Kepolisian di Georgia juga dituduh mencoba menyembunyikan pembunuhan terhadap seorang pemuda kulit hitam yang gemar berolahraga lari, Ahmaud Arbery, yang ditembak sampai mati oleh anak dari seorang pensiunan polisi.

Paige Fernandez dari organisasi American Civil Liberties Union, berkomentar soal kasus terbaru di Minnesota ini: "Video tragis ini memperlihatkan sedikit sekali perubahan yang terjadi yang mungkin bisa menghalangi polisi mengambil nyawa orang kulit hitam."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI