Katanya: "Berkulit hitam di Amerika bukan alasan untuk dibunuh. Selama lima menit kita menyaksikan petugas polisi kulit putih menekan lututnya ke leher seorang pria kulit hitam. Lima menit. Ketika kita mendengar seseorang minta tolong, kita seharusnya menolong."
Polisi Federal Amerika atau FBI menyelidiki kejadian ini dan akan menyampaikan temuan mereka kepada kejaksaan Minnesota untuk mencari kemungkinan adanya kejahatan federal.
Senator Minnesota Amy Klobuchar menyerukan adanya penyelidikan menyeluruh. Katanya: "Keadilan harus ditegakkan untuk pria ini dan keluarganya, keadilan harus ditegakkan di masyarkaat, keadilan harus ditegakkan di negara kita."
Banyak seruan agar para petugas ini dituntut dengan tuntutan melakukan pembunuhan.
Baca Juga: Satgas Covid-19 DPR Pantau Persiapan New Normal Sektor Usaha
Buku panduan kepolisian Minnesota menyatakan, di bawah kebijakan penggunaan kekerasan, petugas dilatih teknik untuk menekan leher dengan lutut tanpa harus menghambat aliran napas. Teknik ini digolongkan sebagai pilihan kekerasan yang tidak mematikan.
Mengapa kasusnya sangat sensitif?
Tuduhan kebrutalan polisi kerap disorot sejak gerakan Black Lives Matter. Ini bermula sesudah dibebaskannya petugas ronda lingkungan George Zimmerman sehabis ia menembak mati seorang remaja Afrika-Amerika Trayvon Martin bulan Februari 2012.
Kematian Michael Brown di Ferguson dan Eric Garner di New York tahun 2014 memicu protes massal.
"Saya tak bisa bernapas" menjadi seruan protes nasional sesudah Garner, seorang pria tak bersenjata, melontarkannya saat ditahan polisi dengan cara dicekik karena dituduh menjual rokok ketengan secara ilegal.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Wali Kota Risma Ngamuk sampai Gemetar Karena Mobil PCR
Petugas polisi Kota New York yang terlibat dalam pembunuhan Garner dipecat lima tahun kemudian, tapi tak ada yang dituntut hukuman.