Suara.com - FPI menilai man Brotoseno tidak pantas menjadi Direktur Utama Lembaga Penyiaran Publik Televisi Republik Indonesia (Dirut LPP TVRI).
Juru Bicara FPI Munarman mengatakan, Iman Brotoseno tidak pantas memimpin TVRI karena merupakan mantan kontributor majalah Playboy.
Munarman mengkhawatirkan, reputasi TVRI sebagai lembaga penyiaran milik negara tersebut dapat rusak karena dipimpin Iman.
"Lembaga milik publik TVRI pengelolaannya diserahkan ke orang yang tidak punya kompetensi, tidak punya kapasitas dan visinya rusak," kata Juru Bicara FPI Munarman kepada Suara.com, Jumat (29/5/2020).
Baca Juga: Iman Brotoseno, Pembela Jokowi yang Kini Jadi Direktur Utama TVRI
"Apa TVRI mau dijadikan kanal film porno maksud rezim zhalim ini?" tambah Munarman.
Menurut Munarman, kebijakan pemerintah era Presiden Jokowi semakin hari semakin tidak memunyai tujuan jelas.
Apalagi, kata dia, dalam penanganan pandemi covid-19,pemerintah juga dianggap gagal melindungi rakyat.
"Sudah tidak melindungi nyawa rakyat dengan kebijakan serampangan soal penanganan pandemi, bikin konser nyanyi-nyanyi untuk menanggulangi pandemi. Makin lama memang makin hancur negara ini dibuat oleh orang orang yang sering mengaku paling Pancasila," ungkap Munarman.
Munarman menyebut sejumlah kebijakan pemerintah saat ini pun, hanya memikirkan orang -orang yang berada dilingkaran penguasa.
Baca Juga: Iman Brotoseno Klaim Tak Pernah Tulis soal Pornografi di Majalah Playboy
"Ini sudah jadi negara terserah dan suka suka mereka saja sepertinya. Dianggap negara ini hanya milik nenek moyangnya barangkali," kata Munarman.
Sementara sebelumnya, Iman Brotoseno buka suara atas serangan publik yang mengungkit pengalamannya bekerja sebagai kontributor majalah Playboy.
Ia mengklaim tidak pernah menuliskan artikel yang berunsur pornografi selama bekerja di majalah dewasa itu.
Pada tahun 2006-2008, Iman sering menjadi kontributor foto dan artikel tentang penyelaman untuk berbagai majalah.
Suatu waktu, satu artikelnya berjudul 'Menyelam di Pulau Banda' pernah dimuat di majalah Playboy Indonesia edisi September 2006.
"Tulisan ini fokus mengulas wisata bahari dan sama sekali tidak ada unsur pornografi," kata Iman dalam keterangan tertulisnya, Jumat (29/5/2020).
Iman menjelaskan konsep majalah Playboy Indonesia sangat berbeda dengan yang ada di luar negeri.
Pasalnya, banyak penulis lain yang juga mengisi majalah tersebut dan banyak tokoh nasional yang diwawancara di Playboy Indonesia.
Ia meyakini keterlibatan banyak penulis serta tokoh nasional tersebut tidak serta merta menghilangkan integritasnya karena substansinya yang tidak terkait dengan pornografi.
Apalagi majalah Playboy Indonesia sempat dibela oleh Dewan Pers yang menyebut kalau majalah tersebut tidak melanggar pasal pornografi saat menyikapi putusan MA yang memvonis Erwin Arnada sebagai Pemred majalah Playboy Indonesia.
"Bahkan Dewan Pers menilai, putusan tersebut merupakan bentuk kriminalisasi pers," ujarnya.
Untuk diketahui, Iman Brotoseno baru-baru ini memancing reaksi publik akibat jejak karir dan sosial medianya terungkap pasca dilantik sebagai Dirut LPP TVRI.
Para politikus mengkritik rekam jejak Iman yang pernah menjadi kontributor majalah Playboy Indonesia.
Selain itu, jejak digital Iman yang pernah menuliskan cuitan soal TVRI dan bokep juga kembali diungkit publik sosial media.