Suara.com - Kematian tragis George Floyd (46) menimbulkan gelombang kecaman dan protes dari warga Amerika Serikat. Pria kulit hitam itu meregang nyawa setelah dicekik menggunakan lutut oleh polisi Minneapolis.
Menyadur CNN, ratusan orang turun ke jalan dan menyerukan protes terhadap kematian berbau rasial atas George Floyd di Minneapolis, Rabu (27/6/2020) malam waktu setempat.
Aksi unjuk rasa itu pada akhirnya berujung rusuh. Dalam rekaman video yang beredar, terlihat api berkobar di mana orang-orang terlihat berlarian.
Gubernur Minnesota Tim Walz bahkan memperingkatkan masyarakat untuk menjauhi daerah tersebut lantaran kondisinya yang tampak tak kondusif.
Baca Juga: Sekolah & Perusahaan Segera Buka, Bagaimana Tips Hadapi New Normal?
"Situasi di dekat Lake Street dan Hiawatha di Minneapolis telah berkembang menjadi situasi yang sangat berbahaya," kata Walz di Twitter dikutip dari CNN, Kamis (28/5/2020).
"Untuk keselamatan semua orang, silakan tinggalkan daerah itu dan biarkan petugas pemadam kebakaran dan paramedis sampai ke tempat kejadian."
Kerusuhan di mulai setelah pengunjuk rasa menyalurkan kemarahannya dengan melempar berbagai benda ke arah polisi. Pihak berwenang merespon dengan menembakan gas air mata.
Terpisah, Benjamin Crump selaku pengacara yang mewakili keluarga Floyd, mengatakan bahwa ia dan kerabat Floyd menyerukan protes damai dan menjaga jarak sosial di tengah pandemi virus Corona.
"Kami akan menuntut dan pada akhirnya memaksa perubahan abadi dengan menyoroti perawatan yang mengerikan dan tidak dapat diterima dan dengan memenangkan keadilan," katanya.
Baca Juga: Awas, Kebiasaan di Kamar Mandi Ini Bisa Bawa Penyakit!
Sehari sebelumnya, Selasa (26/5/2020), empat petugas polisi yang terlibat dalam aksi pembunuhan itu telah dipecat dari Departemen Kepolisian Minneapolis.