Guru yang satu ini dipilih Nadiem, karena keteguhannya mengajar. Ia berkunjung dari rumah yang satu ke rumah yang lain untuk memastikan setiap anak didiknya tetap mendapatkan pelajaran, tanpa ketinggalan.
"Saya adalah seorang guru honor yang mengajar pada satu sekolah dasar di daerah pedalaman yang jauh perkotaan. Fasilitas jaringan internetnya kadang hilang, muncul, bahkan siaran TVRI pun tidak dapat,” ujarnya.
“Itupun hanya untuk beberapa orang, karena sebagian besar masyarakat NTT bekerja sebagai petani. Semenjak ada wabah Covid-19, saya kesulitan dalam memberikan tugas pembelajaran online kepada anak murid, karena mereka tidak memiliki handphone. Jangankan handphone, Android Nokia center saja tidak punya. Tapi saya tidak putus asa. Saya berusaha untuk membuat jadwal kunjungan dari rumah ke rumah. Misalnya, hari pertama saya kunjungi lima rumah, berarti lima anak yang diberikan tugas. Hari kedua, lima rumah lagi, sampai semua kebagian tugas," lanjutnya.
Walau sulit bertemu, Maria mengatakan, mereka semangat sekali. Bahkan ada yang bertanya, “Ibu kapan kita masuk sekolah?”
Baca Juga: Kegiatan Belajar di Sekolah, Kemendikbud Ikuti Penetapan dari Gugus Tugas
Hal itu membuatnya terharu.
Murid harus Pisah dari Keluarga untuk Belajar
Rifaldi, siswa kelas IV SD Tanjungredeb, di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, juga berkesempatan curhat kepada Mendikbud. Di suratnya, Rifaldi mengatakan, ia tetap semangat belajar, walaupun harus dititipkan kepada keluarga baru untuk mendapatkan akses pendidikan.