Psikolog dari Hope College, Michigan, Daryl Van Tongeren, kepada kantor berita Associated Press menilai banyak warga Amerika saat ini, tidak begitu memahami betapa masifnya jumlah kematian 100.000 itu.
“Karena terlalu sering mendengar kematian, otak kita jadi tak sanggup lagi memaknainya. Bahkan jadi bebal. Empati kita bahkan perlahan lenyap,” kata Van Tongeren.
Mulai Dibuka?
Meskipun jumlah kematian tinggi, sejumlah wilayah di Amerika mulai kembali dibuka. Misalnya ibukota Amerika, Washington DC yang mencabut kebijakan ‘di rumah aja’ pada Jumat (29/05) ini.
Baca Juga: Tembus 100 Ribu, Kematian Akibat Corona di AS Setara dengan Korban Perang
Dengan masuk fase 1 pembukaan: restoran, salon dan berbagai aktivitas sudah mulai bisa dilaksanakan, walau dengan berbagai syarat dan jauh dari kata ‘normal’ – restoran hanya boleh melayani pengunjung di luar, dengan jarak meja minimal dua meter.
Selain itu, pusat hiburan anak Walt Disney World di Florida, salah satu jantung wisata paling populer di Amerika, akan dibuka secara terbatas mulai pertengahan Juli.
‘Telatnya’ pemerintah Amerika menerapkan kebijakan ‘di rumah aja’, kerap dituding sebagai penyebab tingginya kasus dan kematian karena corona di Amerika.
Sumber: VOA Indonesia
Baca Juga: Jumlah Kematian Virus Corona di AS Kejutkan Ilmuwan China