Suara.com - Seorang gadis berusia 13 tahun dibunuh oleh ayahnya saat sedang tidur lelap. Gadis itu diduga kawin lari dengan pria yang lebih tua hingga sang ayah murka.
Sebagai balasan karena menentang nilai-nilai Islam konservatif tentang cinta dan pernikahan, sang ayah menghukumnya dengan melakukan aksi 'pembunuhan demi kehormatan'.
Menyadur New York Post, Romina Ashrafi dibunuh pada hari Kamis (28/05/2020) dengan sebuah sabit saat tertidur di ruang keluarga. Setelah membunuh, ayahnya menyerahkan diri ke kantor polisi dengan barang bukti berupa sabit di tangan.
Ia ditangkap, tetapi hukum melarangnya menghadapi hukuman mati karena dia adalah penjaga korban. Menurut hukum yang berlaku saat ini, ia terancam hukuman 10 tahun penjara.
Baca Juga: Pasangan Pengantin Gagal Nikah gara-gara Calon Mertua CLBK lalu Kawin Lari
Presiden Iran Hassan Rouhani meminta kabinetnya memberi hukum yang lebih keras terhadap pelaku 'pembunuhan demi kehormatan'. Kasus ini juga memicu protes di media sosial dan tagar #RominaAshrafi untuk mengutuk pembunuhan itu.
Pembantu presiden urusan hak asasi manusia, Shahnaz Sajjadi mengatakan negara 'harus merevisi gagasan bahwa rumah adalah tempat yang aman untuk anak-anak dan perempuan'.
Nasib tragis Romina berawal dari kisah cintanya dengan seorang pria yang lebih tua bernama Bahamn Khavari. Romina yang berumur 13 tahun jatuh cinta dengan Bahamn yang berusia 34 tahun dan mereka kabur dari rumah selama 5 hari.
Tersiar kabar jika pasangan itu kawin lari dan sang ayah murka. Dua keluarga meminta pihak yang berwenang untuk membawa anak mereka pulang. Setelah di rumah, Romina justru meregang nyawa dengan alasan 'kehormatan'.
Baca Juga: Kisah Tragis Pasangan Kawin Lari, Ayah Mertua Bunuh Menantu