Suara.com - Twitter untuk pertama kalinya melabeli cuitan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebagai klaim palsu alias hoaks, Selasa (27/5/2020).
Perusahan teknologi itu juga meminta para pengguna memeriksa fakta dalam cuitan politikus 73 tahun tersebut.
Cuitan Donald Trump yang dilabeli Twitter adalah perihal pembahasan terkait surat suara via pos untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat.
Dalam tulisannya, Trump menuding pengiriman surat suara via pos atau mail-in ballots itu berpotensi menimbulkan kecurangan dalam pemilu mendatang.
Baca Juga: Idul Fitri, Salman Khan Beri Hadiah untuk 5 Ribu Keluarga
"Tidak mungkin! Bahwa Surat Suara Masuk akan menjadi sesuatu yang kurang dari penipuan yang substansial," cuit Donald Trump sebagaimana dikutip dari The Guardian, Rabu (27/5/2020).
"Kotak surat akan dirampok, surat suara akan dipalsukan & bahkan dicetak secara ilegal & ditandatangani secara curang."
Kicauan Donald Trump itu diberi tautan oleh Twitter dengan kata-kata Get the facts about mail-in ballots' di bagian bawah.
Tautan itu menjelaskan bahwa cuit dari politikus partai Republik itu 'tidak berdasar' dan bisa dibilang sebagai 'klaim palsu' alias hoax.
Dalam tautan itu, Twitter juga merangkum berbagai informasi dari laman berita terkemuka Amerika Serikat seperti CNN dan The Washington Post demi memperkuat label yang mereka berikan.
Baca Juga: Hindari Penyemprotan Disinfektan, Pemuda Mabuk di Papua Meninggal
Menanggapi aksi Twitter tersebut, Donald Trump berang. Lewat pelatform media sosial yang sama, dia menuding Twitter telah ikut campur dalam proses pemilihan presiden (pilpres) Amerika Serikat.
"Twitter benar-benar melumpuhkan PIDATO GRATIS, dan aku, sebagai Presiden, tidak akan membiarkan itu terjadi!" kata Trump.
Menyadur Gulfnews, Twitter mengkonfirmasi bahwa ini adalah kali pertama mereka memberi label pengecekan fakta untuk cuitan seorang Presiden.
Hal itu sesuai dengan perpanjangan kebijakan terkait informasi menyesatkan yang baru diperkenalkan bulan ini.
Tujuan awalnya adalah untuk memberantas berita hoax terkait virus Corona, namun seiring waktu akan berkembang ke topik-topik lain.