Ketika ditarik grafiknya, itu hampir dari Januari sampai Mei itu, rata-rata, hampir 90 persen itu angkanya di atar 25. Tapi kalau kita bandingkan dengan standar nasional, semuanya di bawah," kata Bondan kepada BBC News Indonesia.
Pengaturan baku mutu udara ambien nasional tertuang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 41/1999, yang menyatakan standar PM 2.5 pada 65 ug/Nm3 per hari.
Sementara, rekomendasi WHO berada pada level 25 ug/Nm3 per hari.
Direktur Pengendalian Pencemaran Udara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Dasrul Chaniago, mengatakan klasifikan standar udara sehat memang berbeda di Indonesia karena merujuk pada alam setempat.
Baca Juga: Cerita Foto Senyuman dan Kegetiran Tim Medis Virus Corona
"PM 2.5 berasal dari berbagai sumber yang mengeluarkan emisi, termasuk debu-debu yang beterbangan tentunya. Namanya juga debu, kan. Nah, berbeda kita negara tropis, jangan pakai standar Amerika kalau disini," kata Dasrul kepada BBC News Indonesia.
Lebih lagi, ia menjelaskan bahwa tingkat PM 2.5 yang berada di udara juga dipengaruhi oleh musim. Pemantauan akan lebih tepat jika diteliti secara tahunan, bukan dalam masa periode terbatas, seperti PSBB.
"Saya tidak membandingkan PSBB karena udara itu dipengaruhi oleh 1. Arah angin, 2. Kecepatan angin, 3. Bentang alam, 4. Sumber emisi. Jadi melihatnya nggak bisa satu. PSBB itu hanya satu, yang saya bilang sumber emisi tadi," tuturnya.
Dasrul juga menjelaskan tingkat PM 2.5 juga dipengaruhi arah angin musim, yakni angin Timur dan Barat.
"Sekarang masuk angin timur. Jadi angin timur ini akan naik itu partikel debu itu. Jadi kalaupun PSBBnya efektif, partikel debu yang dikirm dari sumber-sumber lain seluruh dunia itu naik di Jakarta, di Jabodetabek itu dia naik, di Pulau Jawa itu dia naik, bahkan sampai ke pulau Mataram pun itu pun naik nanti itu.
Baca Juga: Bahagia Lebaran Bareng Suami, Penampilan Vanessa Angel Bikin Salfok
"Nggak se-sederhana itu bicaranya. Itu pasti naik. Jadi, kurvanya Jakarta itu dia cembung - Januari rendah, nanti terus naik, nanti September turun lagi, di puncaknya Juli-Agustus," kata Dasrul.