Suara.com - Presiden Guatemala Alejandro Giammattei mengaku kecewa berat kepada pemerintah Amerika Serikat yang mendeportasi migran terinfeksi virus corona. Menurut Giammattei, hal itu membuat sistem kesehatan di negaranya yang lemah semakin tertekan.
Terlepas dari pandemi virus corona dan upaya Giammattei untuk membatasi penerbangan deportasi dari AS, Presiden AS Donald Trump telah mengirim migran Guatemala kembali ke negara asal mereka.
Dari orang-orang yang dideportasi, 119 orang dinyatakan positif mengidap virus corona COVID-19, atau mencakup 5 persen dari 2.512 kasus di Guatemala.
"Kami memahami bahwa AS ingin mendeportasi orang, tetapi yang tidak kami mengerti adalah mengapa mereka mengirimi kami penerbangan penuh pasien terinfeksi COVID-19," kata Giammattei dalam pembicaraan daring yang dipandu oleh Dewan Atlantik Adrienne Arsht Latin America Center.
Baca Juga: STNK Toyota Camry Habib Umar Assegaf Palsu? Begini Faktanya
"Kami memiliki masalah serius dengan orang yang dideportasi," katanya seperti dikutip Antara dari Reuters.
"Kami belum diperlakukan oleh AS dengan cara yang menurut saya baik, sehubungan dengan orang-orang yang dideportasi."
Giammattei, pensiunan dokter berusia 64 tahun yang berjalan menggunakan kruk karena sklerosis, juga mengatakan AS bahkan tidak mengirim masker selama pandemi.
Kedutaan Besar AS mengeluarkan pernyataan yang memberikan perincian tentang bantuan ekonomi yang telah ditunjuknya baru-baru ini untuk Guatemala, termasuk persediaan, pelatihan dan bantuan yang diberikan oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, serta bantuan senilai 2,4 juta dolar AS (sekitar Rp35,6 miliar) yang dilakukan bulan lalu melalui USAID.
"Amerika Serikat berkomitmen untuk kesehatan dan kesejahteraan rakyat Guatemala," kata Duta Besar Luis Arreaga dalam pernyataannya.
Baca Juga: Thailand Akan Perpanjang Masa Darurat Corona Hingga Akhir Juni
Meksiko, Kolombia, Haiti, dan Jamaika juga telah mencatat penularan diantara warga mereka yang dideportasi.