Hampir mustahil menekan angka reproduksi dibawah 1
Selain berpotensi meningkatkan kasus Covid-19, fenomena kerumunan massa ini juga kontraproduktif dengan upaya pemerintah untuk melonggarkan PSBB.
Menurut Henry, pakar epidemiologi, fenomena ini jelas menunjukkan ada pelanggaran protokol fisik dan sosial dan berpotensi menggagalkan upaya pemutusan rantai penularan yang sudah dilakukan di masyarakat.
"Ini juga bisa menjadi indikator bahwa sebenarnya masyarakat kita belum siap untuk melaksanakan norma baru, untuk hidup berdampingan dengan Covid-19," ujarnya.
Baca Juga: Ngamuk Langgar PSBB Surabaya, Habib Umar Assegaf adalah Ulama Pasuruan
Merujuk ketentuan WHO, Henry menjelaskan ada enam kriteria untuk bisa melakukan pelonggaran pembatasan sosial. Selain penularan harus terkendali, artinya tren kasus positif, PDP, ODP dan OTG sudah turun secara konsisten, masyarakat harus teredukasi menuju norma baru sebagai konsekuensi dari hidup berdampingan dengan Covid-19.
"Jadi menurut saya pelonggaran PSBB belum tepat apabila dilakukan dengan kondisi saat ini," ujarnya.
"Kalau protokol PSBB masih dilanggar maka target reproduction number ditekan dibawah satu itu belum tentu akan bisa dicapai setelah lebaran," imbuhnya.
Angka reproduksi di bawah 1, yang menunjukkan tingkat penularan virus tersebut, menjadi prasyarat pelonggaran PSBB.
Sementara itu, Nuning Nuraini mengatakan "hampir mustahil" menekan angka reproduksi dibawah 1 dengan kondisi yang terjadi saat ini.
Baca Juga: Pemenang Lelang Motor Jokowi Diduga Penipu, Jansen PD: Ruwet...Ruwet
"Karena faktor terbesar selama ini yang sangat ditekankan adalah physical distancing, tapi ini sudah dilanggar, ya sudah. Artinya yang paling dasar tidak terjadi, kami melihat dampaknya dalam dua minggu ke depan seperti apa," ujarnya.