Geger PR Berisi Materi Pornografi, Sekolah di Inggris Minta Maaf

Kamis, 21 Mei 2020 | 11:55 WIB
Geger PR Berisi Materi Pornografi, Sekolah di Inggris Minta Maaf
Ilustrasi sekolah. (Unsplash/Neonbrand)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pandemi virus corona seperti sekarang ini 'mengunci' hampir sebagian besar kegiatan manusia. Bahkan sekolah-sekolah harus menerapkan sistem baru agar siswanya agar tetap bisa belajar, salah satunya dengan pemberian tugas.

Pemberian tugas tersebut tentunya disesuaikan dengan jenjang siswanya. Namun sebuah tragedi terjadi di sebuah sekolah di Hull, Inggris yang berkaitan dengan pemberian tugas.

Menyadur BBC News, seorang siswa bernama Leon Dagon terkejut ketika dia melihat pekerjaan rumah saudara perempuannya yang berusia 13 tahun. PR itu adalah bagian dari pembelajaran Personal, Social and Health Education (PSHE) siswa, menurut pihak sekolah.

Para siswa diminta untuk "mendefinisikan" topik-topik yang berbau pornografi hardcore, pornografi lembut serta mutilasi alat kelamin wanita dan menyetrika payudara. Mereka juga ditanyai tentang alkohol, narkoba, dan merokok.

Baca Juga: Kemenparekraf Optimalkan Promosi Wisata ke Prancis, Inggris, dan Hong Kong

Menurut laporan Hull Daily Mail, pekerjaan rumah tersebut diberikan kepada siswa yang berusia 11 hingga 14 tahun, di Archbishop Sentamu Academy di Hull, Inggris.

Melihat PR tersebut Dagon membagikan keprihatinannya ke publik melalui media sosial Facebook. "Adik perempuan saya tahu make-up dan TikTok pada usia 13 tahun. Dia tidak tahu tentang porno hardcore, dan kemudian memintanya untuk mendefinisikannya." tulisnya.

"Mayoritas anak-anak sekarang akan menggunakan internet untuk membantu mereka mengerjakan pekerjaan rumah mereka dan jika Anda mengetik hal semacam itu di internet, Tuhan tahu apa yang akan muncul."

Melihat tugas tersebut, sang kepala sekolah mengatakan bahwa ia "menyesal" jika tugas yang diberikan kepada siswanya akan menggiring siswa untuk mencari jawaban di internet dan menimbulkan hal yang tidak pantas.

Sang Kepala Sekolah, Chay Bell menekankan bahwa penugasan itu tidak memerlukan penelitian internet karena jawabannya ada dalam materi yang dikirim siswa.

Baca Juga: Demi Panen Sayur, Petani Inggris Sewa Pesawat Untuk Angkut Pekerja Ukraina

"Siswa tidak diarahkan untuk meneliti topik-topik ini sendiri di internet karena semua jawaban atas pertanyaan yang diajukan terkandung dalam materi yang dibuat oleh guru yang kami bagikan". ujar Chay Bell dikutip dari BBC News.

Chay Bell juga menambahkan bahwa dirinya akan meminta agar tidak ada materi PSHE di masa depan yang mengandung konten sensitif dan akan memastikan semua materi sesuai dengan usia siswa.

Seorang juru bicara Departemen Pendidikan mengatakan itu adalah masalah bagi sekolah dan tidak berkomentar lebih lanjut.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI