Mahmud Abbas Batalkan Rencana Perjanjian Pencaplokan Tepi Barat

Rabu, 20 Mei 2020 | 22:54 WIB
Mahmud Abbas Batalkan Rencana Perjanjian Pencaplokan Tepi Barat
Mahmud Abbas (BBC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang pejabat Palestina mengatakan sebuah komite akan membahas langkah-langkah penerapan keputusan Presiden Mahmud Abbas tentang pembatalan semua perjanjian dengan Israel dan Amerika Serikat karena Israel berencana mencaplok sebagian wilayah Tepi Barat.

Setelah mengadakan pertemuan dengan para pejabat tinggi Palestina di Ramallah pada Selasa malam waktu setempat (19/05), Presiden Abbas mengatakan, "Organisasi Pembebasan Palestina dan Negara Palestina sekarang tidak terikat dengan seluruh perjanjian dan kesepahaman dengan pemerintah Amerika Serikat dan Israel, dan juga semua komitmen yang dibuat atas dasar kesepahaman dan perjanjian itu, termasuk dalam hal keamanan."

"Mulai sekarang otorita pendudukan Israel harus memikul semua tanggung jawab dan komitmen terhadap masyarakat internasional sebagai pihak yang menduduki."

Presiden Abbas sebelumnya juga pernah mengeluarkan ancaman untuk mengakhiri hubungan dengan Israel tetapi tidak sampai dilaksanakan.

Baca Juga: Diduga Aniaya Istri Kedua, Anggota DPRD Kabupaten Tangerang Dipolisikan

Permukiman Israel di Tepi Barat - mengapa Palestina menganggapnya pencurian? Virus corona membuat Timur Tengah semakin panas Trump paparkan rencana perdamaian Timur Tengah, Mahmoud Abbas: 'Yerusalem tidak dijual'

Namun ancaman kali ini tercatat sebagai yang paling keras. Menurut seorang pejabat senior Palestina yang berbicara kepada BBC, ancaman Presiden Abbas ini serius dan ia menambahkan sebuah komite akan membahas teknis pelaksanaannya.

Sejauh ini diketahui pasukan keamanan di lapangan belum menerima perintah baru.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin meneguhkan kedaulatan Israel di wilayah-wilayah permukiman Yahudi dan di Lembah Yordania.

Langkah itu sejalan dengan rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam kerangka "visi perdamaian" antara Israel dan Palestina yang diumumkan Januari lalu.

Baca Juga: Publik Geger! Sarah Salsabila Lelang Keperawanan Demi Donasi Covid-19

Wilayah diduduki Israel

Rencana Trump menyebutkan negara Palestina mencakup sekitar 70% wilayah Tepi Barat, seluruh wilayah Jalur Gaza yang beribukotakan di pinggiran Yerusalem Timur. Dalam rencana itu disebutkan Yerusalem "akan tetap menjadi ibu kota Israel yang tidak terbagi".

Baik Israel maupun Palestina saling mengklaim kota tersebut. Palestina berkeras Yerusalem Timur, yang diduduki Israel sejak Perang Timur Tengah 1967, akan menjadi ibu kota negaranya di masa depan.

Palestina -yang mengklaim seluruh wilayah Tepi Barat, Gaza dan Yerusalem Timur - menyebut rencana Presiden Trump condong ke Israel dan mengingkari hak-hak Palestina.

Virus corona bukan satu-satunya krisis, ini lima krisis besar lain di dunia

Israel telah menduduki wilayah-wilayah itu sejak perang tahun 1967. Hingga kini lebih dari 600.000 warga Israel menempati sekitar 140 permukiman di Tepi Barat dan Yerusalem Timur.

Mayoritas negara di dunia menganggap permukiman yang dihuni warga Israel di wilayah Palestina melanggar hukum internasional, walaupun Israel membantahnya dan permukiman-permukiman itu pun terus diperluas.

Wartawan BBC di Yerusalem, Tom Bateman, melaporkan jika ancaman Presiden Abbas benar-benar diterapkan maka langkah itu dapat memicu perubahan di Tepi Barat. Perjanjian berusia dua dekade yang berlaku di Tepi Barat berdampak pada kehidupan sehari-hari warga Palestina dan membantu menopang pemerintahan yang diakui dunia internasional.

Di antara masalah peka, lanjut Bateman, adakah koordinasi di bidang keamanan antara Israel dan Otorita Palestina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI