Bukan Pranowo, Ternyata Gubernur Ganjar Diberi Nama ini saat Masih Kecil

Selasa, 19 Mei 2020 | 19:54 WIB
Bukan Pranowo, Ternyata Gubernur Ganjar Diberi Nama ini saat Masih Kecil
Ganjar Pranowo (Instagram/ganjar_pranowo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo ternyata memiliki nama lahir yang berbeda dengan sekarang. Orang tuanya memiliki keyakinan tertentu sehingga mengganti nama Ganjar.

Hal ini terungkap dalam video yang diunggah ke kanal YouTube Refly Harun pada Selasa (19/5/2020).

Ahli hukum tata negara, Refly Harun mengungkapkan bahwa nama lahir Ganjar adalah Ganjar Sungkowo.

"Dulu namanya bukan Ganjar Pranowo tapi Ganjar Sungkowo ternyata. Sungkowo itu kesedihan, penderitaan ya?" tanya Refly Harun.

Baca Juga: Doa Salat Witir Lengkap di Bulan Ramadan

"Kenapa gantinya Ganjar Pranowo, enggak Ganjar Prabowo? Karena yang mendapatkan ganjaran kan Prabowo jadi Menhan," kelakarnya.

Ganjar membenarkan bahwa namanya saat lahir itu memang mengandung makna kesedihan dan penderitaan.

Politikus Partai PDI Perjuangan ini menjelaskan, "Saya enggak tahu. Waktu itu katanya waktu kecil ini saya lahir susah."

Refly menimpali, "Kalau susah kelihatan di mukanya masih kelihatan itu."

Ganjar kemudian menceritakan beberapa kejadian yang pada akhirnya menyebabkan namanya diganti.

Baca Juga: Kisah Desa Pujiharjo Berani Tolak Warga Luar Masuk Demi Selamat dari Corona

"Dulu ibu saya mengandung, jatuh dari becak. Saya lahir kecil, mau berobat naik bus terus kecantol kaki saya berdarah-darah. Terus sering sakit-sakitan. Orang Jawa begitu, kalau sakit-sakitan katanya ganti nama," tutur Ganjar.

Namun saat itu orang tuanya tidak menawarkan nama tertentu kepada Ganjar. Sehingga nama "Pranowo" langsung diberikan begitu saja.

"Orang tua saya tidak menawarkan, kamu pengen ganti apa? Ganjar Pranowo atau Prabowo? Gitu enggak ada. Pasti orang tua kasihnya nama baik lah," ucap Ganjar.

Dalam kesempatan itu, Ganjar juga menjelaskan alasan Jawa Tengah tidak menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Menurut Ganjar, nilai ekonomi perlu dipertimbangkan jika ingin menerapkan PSBB. Sebab aktifitas di toko, mal dan pasar perlu dikurangi jika status itu diberlakukan.

"Belum lagi, saya menghitung dampak sosial yang kira-kira akan muncul," ujar Ganjar.

Bagi Ganjar, PSBB sama saja dengan soft lockdown. Ia justru lebih memilih untuk memulai New Normal.

"Saya mulai berpikir hari ini mari kita bicara normal baru saja. Karena disiplin kita rendah, lebih baik normal baru yang sekarang itu kita dorong. Kita belum sampai level PSBB tapi berikhtiar untuk menuju normal baru saja," kata Ganjar.

Normal baru yang dimaksud Ganjar adalah situasi di mana warga diperbolehkan bekerja di luar rumah tapi mentaati beberapa protokol. Seperti memakai masker, menjaga jarak aman hingga selalu membawa hand sanitizer.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI