Para peserta uji coba mendapatkan vaksin dalam dosis rendah, menengah, atau tinggi. Dosis tertinggi dikaitkan dengan banyak efek samping.
Namun, Moderna mengatakan bahwa orang yang mendapatkan dosis terendah pun memiliki antibodi pada tingkat yang sama seperti yang ditemukan pada pasien yang pulih dari Covid-19.
Dan antibodi "secara signifikan melebihi" pasien yang pulih pada orang dengan dosis menengah.
Studi ini disebut uji coba fase 1 karena dirancang untuk menguji keamanan vaksin, bukan efektivitasnya.
Baca Juga: The New Neymar Masuk Radar Transfer Liverpool
Diperlukan uji coba dengan skala lebih besar untuk melihat apakah vaksin bisa melindungi khalayak dari virus. Namun, percobaan pada tikus menunjukkan vaksin ini dapat mencegah replikasi virus di paru-paru.
"Data sementara untuk fase 1 ini, meskipun baru data awal, menunjukkan bahwa vaksinasi dengan mRNA-1273 menimbulkan respons kekebalan tubuh yang besarnya sama seperti yang disebabkan oleh infeksi alami," kata Dr Tal Zaks, kepala petugas medis di Moderna.
"Data ini memperkuat keyakinan kami bahwa mRNA-1273 berpotensi mencegah penyakit Covid-19 dan meningkatkan kemampuan kami dalam menentukan dosis untuk uji coba penting."
Moderna mengatakan mereka berharap bisa memulai uji coba skala besar pada bulan Juli, dan bahwa mereka sudah memikirkan cara memproduksi vaksin dalam skala besar.
Vaksin Oxford
Baca Juga: Menyusul Pangandaran, Gempa Magnitudo 4,6 Terasa Hingga ke Jogja
Vaksin yang dipelopori oleh Universitas Oxford juga sedang diujicobakan pada manusia, tapi belum ada hasil dari uji coba tersebut.