Suara.com - Otoritas di India dan Bangladesh mengevakuasi puluhan ribu warga yang tinggal di pesisir laut, Selasa (19/5/2020), demi menghindari angin topan yang dapat merusak banyak bangunan saat dua negara itu masih berjuang menghadapi ancaman virus corona COVID-19.
Tenda-tenda karantina di India untuk COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), dialihkan untuk para pengungsi. Petugas pun berupaya memastikan pengungsi tetap menjaga jarak satu sama lain guna mencegah penularan penyakit.
Sementara itu di negara tetangga, Bangladesh, petugas mengevakuasi warga ke dataran lebih tinggi dan meminta mereka menjaga jarak serta mengenakan masker. Pemerintah Bangladesh mencatat lebih dari 20.995 orang tertular virus dan 314 di antaranya meninggal dunia.
Kantor urusan cuaca di India mengatakan Badai Amphan memilki pusaran angin yang berputar sampai lebih dari 240 kilometer per jam (kmh) atau 145 mil per jam (mph), disertai hembusan angin bergerak sekitar 265 kph atau 165 mph. Angin diperkirakan berputar di Teluk Bengal pada Senin (18/5/2020) malam dan akan tiba di darat pada Rabu (20/5/2020).
Baca Juga: Kisah Desa Pujiharjo Berani Tolak Warga Luar Masuk Demi Selamat dari Corona
Menurut beberapa pejabat terkait, angin dengan kecepatan demikian menjadikan Amphan sebagai badai terbesar di India dalam 10 tahun terakhir.
Bencana alam itu terjadi saat India telah melonggarkan aturan karantina yang diberlakukan pada April guna mengendalikan penyebaran COVID-19. Penyakit menular itu telah menjangkiti lebih dari 100.000 jiwa di India dan menewaskan 3.163 orang.
Negara bagian Odisha dan West Bengal di India telah mengevakuasi warga ke lebih dari 1.000 tenda pengungsi yang berada di kantor-kantor pemerintah dan pusat pendidikan. Otoritas setempat juga masih berupaya mengalihkan tempat isolasi pasien COVID-19 menjadi tenda darurat.
"Kami hanya punya waktu sampai enam jam untuk mengevakuasi warga dari rumah dan kami juga harus mematuhi aturan jaga jarak... badai ini dapat menghancurkan ribuan rumah dan perkebunan," kata S.G Rai, pejabat kantor penanganan bencana federal di India, Selasa (19/5/2020).
Sementara itu, perjalanan kereta api yang mengangkut ribuan pekerja migran dari ibu kota India, New Delhi, ke negara bagian di wilayah timur, dialihkan untuk menghindari badai. Para pekerja mulai berpergian menggunakan kereta api setelah pemerintah melonggarkan aturan karantina wilayah.
Baca Juga: Ketahuan Tak Pakai Masker, Melania Trump Tuai Kritikan Publik
India, negara dengan garis pantai sepanjang 7.516 kilometer (4.670 mil), rentan diterjang sepersepuluh dari seluruh badai dunia. Sebagian besar angin topan bertiup di pesisir timur.
Di Bangladesh, petugas meningkatkan operasi penyelamatan karena angin topan dapat menyebabkan badai terburuk dalam 15 tahun terakhir di negara dataran rendah itu.
Distrik-distrik di wilayah pesisir Bangladesh terancam kena banjir rob dari laut disertai hujan deras dan angin kencang sampai 160 kph (98 kph) selama badai berlangsung.
"Kami telah menyiapkan 12.000 pusat penanggulangan badai yang dapat menampung lebih dari lima juta jiwa. Kami juga telah memberlakukan sejumlah aturan sehingga warga dapat menjaga jarak dan tetap memakai masker," kata utusan Kementerian Penanggulangan Bencana, Enamur Rahman, di Dhaka, seperti dikutip Antara dari Reuters.
Wilayah pesisir di Bangladesh, rumah bagi 30 juta jiwa, sering diterjang badai. Dalam beberapa dekade terakhir, ratusan ribu orang di wilayah tersebut tewas akibat terjangan badai.