Sementara itu, China, pengimpor gandum terbesar dunia, dapat dengan mudah mengalihkan pemasok ke produsen lain seperti Prancis, Kanada, Argentina, dan beberapa negara di Eropa.
"Pemasok gandum (China) sangat mudah diganti," kata Direktur Pelaksana Evergrain, Andries De Groen. Evergain merupakan perusahaan penyuplai gandum yang berpusat di Jerman.
Menteri Perdagangan Australia Simon Birmingham menyebut langkah China itu mengecewakan. "Kami menolak keputusan itu dan akan memeriksa temuan kami seraya memikirkan langkah selanjutnya," kata Birmingham lewat pernyataan tertulis yang dikirim via surat elektronik.
"Kami berhak untuk mengajukan banding untuk masalah ini," kata dia.
Baca Juga: Fang Fang, Penulis Buku Harian Corona asal Wuhan yang Dibenci Warga China
Hubungan Australia dan China memburuk sejak 2018 setelah Canberra melarang Huawei memasarkan jaringan internet 5G-nya. Keduanya kembali bersitegang setelah Australia menyampaikan kekhawatiran terhadap pengaruh China yang menguat di kawasan Pasifik.
"Masalah ini merupakan bagian dari isu lebih luas yang Australia lakukan di antara hubungan politiknya di barat dengan kepentingan ekonominya di timur," kata Direktur Strategi Pertanian Commonwealth Bank of Australia, Tobin Gorey, menanggapi kebijakan tarif gandum impor.
China sempat dibuat marah dalam beberapa minggu terakhir setelah Australia meminta adanya penyelidikan independen terhadap asal-muasal virus corona jenis baru (SARS-CoV-2), penyebab COVID-19.
Duta Besar China untuk Australia pada bulan lalu mengatakan warga Tiongkok dapat merespons sikap Canberra dengan memboikot sejumlah produk seperti daging sapi, anggur, paket wisata, dan universitas.
Beberapa hari kemudian, Beijing menghentikan sementara impor daging sapi dari empat pengolah terbesar di Australia, yang nilainya setara dengan 20 persen ekspor daging sapi Australia ke China. (Antara)
Baca Juga: China Minta Penyelidikan Covid-19 Tunggu Pandemi Selesai, Ini Respons WHO