Beberapa warga dikabarkan setuju untuk menandatangani perjanjian terkait proses pemindahaan mayat.
Namun, dalam praktiknya, pihak perusahaan menggunakan konfrontasi dan tak jarang kekerasan dari aparat untuk memuluskan ambisinya.
Para penggali kubur sewaan perusahaan menggali mayat dengan ketelitian yang menimbulkan pertanyaan. Warga kala itu sempat mendapati kuburan kerabat seorang warga bernama Heri turut digali secara tak sengaja.
Firmansyah yang menjadi saksi saat itu, menyebut warga langsung bergegas ke ambulan dan mengeluarkan empat kantong mayat untuk kembali dikubur di pemakaman Ciletuh Hilir.
Baca Juga: Selain Hangat di Perut, Ini 7 Manfaat Jahe untuk Kesehatan
Peristiwa itu membuat warga miris, mengingat tradisi islam setempat terkait penguburan itu memiliki kesakralan tersendiri.
Ahli waris, atau ahli waris utama, disebut harus menangani tugas apa pun yang terkait dengan kuburan, bukan pekerja konstruksi yang didukung militer.
"Saya tidak bisa mengatakan campuran emosi yang kami rasakan saat itu. Kami kesal, marah, semua terbungkus menjadi satu," kenang Firmansyah.
"Rasanya seperti itu adalah akhir dunia bagi saya," tambahnya.
Dua mayat lain yang digali pada hari itu adalah milik saudara perempuan - Susanti Binti Caing dan Ade Holisah Binti Caing - yang telah meninggal pada tahun 1985 dan 1988. Ibu mereka, Iyum, tidak ada di sana ketika tentara datang.
Baca Juga: Jika Corona Berakhir, Indro Warkop Mau Nyekar ke Makam Dono dan Kasino
"Saya tidak tahu apa-apa tentang hal itu sampai setelah mereka digali. Saya terkejut. Saya menangis," kata Iyum.