Namun, pada 2017, izin tersebut dihentikan. Para petani diusir dan sawah yang ditanaminya harus tergusur tanpa adanya uang pengganti atau kompensasi.
"MNC memiliki perjanjian yang menyatakan bahwa 'Jika MNC sewaktu-waktu membutuhkan tanah, maka penduduk desa harus mengosongkan tanah tersebut tanpa kompensasi dari MNC', "kata pernyataan perusahaan.
"MNC telah meminta penduduk desa untuk mengosongkan lahan berdasarkan perjanjian, karena kami berencana untuk mulai mengembangkan daerah tersebut sebagai pusat hiburan (proyek non-Trump)."
MNC mengklaim pengembangan itu memberi peluang bagi warga desa untuk mendapat pekerjaan.
Baca Juga: Selain Hangat di Perut, Ini 7 Manfaat Jahe untuk Kesehatan
Mereka menyebut telah mempekerjakan lebih dari 300 orang sebagai pekerja konstruksi dan penjaga keamanan.
Banyak warga di Ciletuh Hilir yang menuding pihak MNC meminta masyarakat yang menjadi karyawannya untuk menjual rumah mereka dengan harga murah. Namun, tudingan itu tak ditanggapi MNC.
“Mereka ingin memperoleh tanah kami dengan syarat: dengan membayar harga terendah, menggunakan intimidasi dan banyak lagi,” kata Firmansyah.
“Dan ini termasuk tanah yang telah ditanami oleh masyarakat setempat - kami tidak diizinkan menggunakannya lagi. Itulah salah satu cara yang digunakan perusahaan untuk membunuh ekonomi di kampung kami."
Konfrontasi aparat yang memilukan
Baca Juga: Jika Corona Berakhir, Indro Warkop Mau Nyekar ke Makam Dono dan Kasino
Sudah lewat dua tahun sejak perwakilan MNC mendekati warga Ciletuh Hilir dan menawarkan untuk membayar mereka agar bisa memndahkan sisa-sisa dari kuburan yang berada di sekitaran rimbunan pohon.