Dampak Corona Jepang Kembali Resesi, Bagaimana Bisa Bangkit?

Selasa, 19 Mei 2020 | 02:05 WIB
Dampak Corona Jepang Kembali Resesi, Bagaimana Bisa Bangkit?
Wara Jepang di tengah wabah corona. (BBC)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wabah virus Covid-19 menyebabkan Jepang mengalami resesi dan para pengamat mengatakan besar kemungkinan akan "mencatat kinerja ekonomi terburuk" sejak Perang Dunia Dunia.

Ini adalah resesi pertama Jepang sejak 2015.

Konsumi kolaps sejak pemerintah meminta warga untuk berada di rumah dan dunia usaha tutup pada April untuk menekan penyebaran wabah Covid-19.

Jepang tidak menerapkan karantina wilayah secara total, namun memberlakukan keadaan darurat pada bulan April yang berdampak secara signifikan terhadap rantai pasokan dan dunia usaha.

Baca Juga: ICW: Dokumen Perjanjian Kerjasama Kartu Prakerja Harus Dibuka ke Publik

Tingkat penyusutan tahunan kekuatan ekonomi terbesar ketiga dunia ini mencapai 3,4% pada tiga bulan pertama 2020.

Karena virus corona, dunia hadapi resesi yang lebih buruk daripada Depresi Besar tahun 1930-an Kebangkitan warung makan kaki lima di Jepang Virus corona: Mengapa Jepang menggelar 'sangat sedikit' tes Covid-19?

Pada kuartal keempat 2019, ekonomi Jepang menyusut 6,4% - antara lain disebabkan oleh kenaikan pajak penjualan dan Topan Hagibis - yang mendorong Jepang secara teknis telah mengalami resesi.

Perekonomian berbagai negara terkena dampak langsung dari wabah virus corona dan diperkirakan angka kerugian secara global tak kurang dari US$8,8 triliun.

Sebelumnya, Jerman dan Prancis juga mengumumkan mereka mengalami resesi.

Jepang sudah mencabut keadaan darurat di 39 dari 47 prefektur, namun prediksi menyebutkan situasi pada kuartal ini tidak menggembirakan.

Baca Juga: Tegur Suami saat Mabuk-mabukan di Rumah, Dokter Ini Malah Dianiaya

Survei terhadap para analis yang dilakukan kantor berita Reuters memperlihatkan, ekonomi Jepang pada periode April hingga Juni akan menyusut 22%.

Jika demikian keadaannya, maka ini akan menjadi penyusutan terbesar dalam sejarah Jepang modern.

Pemerintah sudah mengumumkan paket stimulus senilai US$1 triliun, yang terbesar yang pernah dikeluarkan pemerintah, dan bank sentral telah juga memperluas cakupan stimulus untuk kedua kalinya pada April.

Perdana Menteri Shinzo Abe berjanji mengumumkan bujet kedua untuk mendanai kebijakan-kebijakan ekonomi dengan tujuan menekan dampak ekonomi dari wabah virus corona.

Bagaimana Jepang bisa bangkit dari keterpurukan?

Tantangan yang dialami Jepang bisa dikatakan unik karena selama beberapa dekade mengalami stagnasi, jika dibandingkan dengan perekonomian Amerika Serikat dan China misalnya.

Jepang juga sangat tergantung dengan ekspor dan tidak punya kontrol yang besar terkait permintaan konsumen di negara lain, yang dalam beberapa bulan terakhir terdampak hebat oleh kebijakan karantina wilayah untuk menekan wabah Covid-19.

Merek-merek terkenal Jepang, seperti Toyota dan Honda, mengalami kelesuan penjualan di seluruh dunia.

Turisme, yang juga sejak lama menjadi andalan, juga terpukul karena wabah menyebabkan minimnya kunjungan wisatawan asing ke Jepang.

Sejauh ini kasus positif virus corona di negara ini lebih dari 16.000 dengan angka kematian di kisaran 740.

Dalam jangka pendek, ekonomi Jepang, sama halnya dengan negara-negara maju lain, diprediksi suram.

Covid-19: Gejala, penyebaran, cara penanganan, pengobatan dan penyembuhan Peta dan infografis terkait pasien terinfeksi, meninggal dan sembuh di Indonesia dan dunia Enam vaksin virus corona yang sudah diuji coba pada manusia

Meski demikian, dibandingkan dengan negara-negara maju lain, dampak yang dialami Jepang tak terlalu buruk.

Memang Jepang diperkirakan akan mengalami penyusutan sebesar 22% pada periode April-Juni, namun kontraksi yang dialami Amerika, mungkin akan lebih besar lagi, yaitu 25%.

Tingkat penyusutan tahunan 3,4% pada kuartal pertama 2020 juga lebih rendah dibandingkan Amerika, yang mengalami tingkat penyusutan tahunan 4,8% pada periode yang sama.

Bagi perekonomian Amerika, ini adalah penurunan paling tajam sejak Depresi Besar pada 1930-an.

China, kekuatan ekonomi terbesar kedua di dunia, mengalami penyusutan sebesar 6,8% pada tiga bulan pertama 2020 dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Ini adalah kontraksi kuartalan pertama sejak China melakukan pencatatan resmi atas kegiatan perekonomian mereka.

Namun, baik Amerika maupun China belum mengumumkan mereka secara teknis mengalami resesi, yang ditandai dengan pertumbuhan negatif dalam dua kuartal secara berturut-turut.

Para analis memperkitakan, keduanya akan mengumumkan resesi dalam beberapa bulan ini.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI