Tak Kuat Tampung Pasien Corona, Rumah Sakit di Sao Paulo Akui Kewalahan

Senin, 18 Mei 2020 | 17:43 WIB
Tak Kuat Tampung Pasien Corona, Rumah Sakit di Sao Paulo Akui Kewalahan
Ilustrasi rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Wali Kota Sao Paulo, Brasil, Bruno Covas mengaku kewalahan menghadapi virus corona di kotanya.

Menyadur BBC, rumah sakit di kota terbesar di Brasil ini sudah kehabisan ruang perawatan dalam dua minggu terakhir.

Hingga kini, ada sekitar 3000 kematian di kota tersebut karena virus corona. Bahkan, kementerian kesehatan melaporkan 7.938 kasus baru dalam 24 jam terakhir.

Angka ini sangat fantastis dengan jumlah total melebihi 241 ribu kasus. Jumlah korban jiwa di negara Amerika Latin selama 24 jam terakhir mencapai 485 jiwa.

Baca Juga: Ironis! Presiden Brasil Turun ke Jalan, Ikut Protes Anti-Lockdown

Itu artinya, jumlah total kematiannya mencapai 16.118 dan masuk dalam daftar angka tertinggi kelima di dunia.

Seiring dengan bertambahnya angka penularan virus corona, para ahli kesehatan di Brasil mengungkapkan jika jumlah yang sebenarnya jauh lebih tinggi dari catatan resmi namun tak terdeteksi karena kurangnya pengujian.

Ilustrasi rumah sakit. [Shutterstock]
Ilustrasi rumah sakit. [Shutterstock]

Bruno Covas kini sedang berdiskusi dengan pemimpin negara bagian untuk membicarakan tindakan agar bisa menghambat penyebaran virus. Salah satu caranya adalah melakukan lockdown sebelum rumah sakit benar-benar kewalahan.

Bruno Covas meminta warganya untuk tinggal di rumah agar bisa menekan penyebaran virus dan berkata Sao Paulo perlu 'menekan lebih banyak lagi' untuk mengurangi penularan.

"Sulit dipercaya bahwa beberapa orang lebih suka penduduknya menjadi sasaran roulette Rusia. Ketidakpedulian dalam menghadapi kematian tidak pantas," katanya.

Baca Juga: 11 Ribu Warga Tewas Akibat Covid-19, Presiden Brasil Malah Main Jetski

Karantina di negara bagian Sao Paulo sudah dilakukan selama hampir dua bulan lalu dimana bisnis, sekolah dan ruang publik ditutup dan orang-orang diminta untuk tinggal di rumah.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI