Alyona Kryvuliak dari La Strada-Ukraina mengatakan para laki-laki baru menelpon hotline ini ketika tersedia 24 jam. Mereka tidak mau menelpon saat jam kerja biasa.
Bahkan sekarang, para pria masih khawatir identitasnya akan terungkap dan mereka tidak siap membela hak-haknya di institusi publik seperti pengadilan atau lembaga penegak hukum lainnya.
Bagi korban pria, tekanan psikologi akibat kekerasan bisa berkepanjangan, kata psikoterapis Yulia Klymenko. Stigma yang muncul di masyarakat juga tidak membantu karena istilah seperti "boys don't cry" atau "pria tidak boleh menangis" atau "pria lebih kuat secara fisik."
Korban kekerasan fisik, psikologi, dan seksual mungkin banyak ditemukan di masyarakat. Menurut Klymenko, klien-kliennya yang memiliki trauma dari jenis kekerasan apapun perlu ditangani dalam jangka panjang, apapun gender atau usianya.
Baca Juga: WHO: Jika Lockdown sampai 6 Bulan, Akan Memicu 31 Juta Kasus KDRT
Saya sempat berpikir membawa kasus ini ke pengadilan. Pengacara bilang ada peluang saya mendapat perintah pengadilan agar ia tidak mendekati saya, atau restraining order. Tapi saya tidak membutuhkannya sekarang. Sudah lama, saya hanya ingin Ira mengakui perbuatannya dan minta maaf.
Saya masih tidak bekerja dan masih sulit bagi saya untuk bangun setiap pagi. Saya tidak punya tujuan hidup. Saya bahkan tidak tahu apa yang sudah saya lakukan setahun belakangan ini.
Saya tahu saya tidak akan berhubungan lagi dengan orang lain dan tidak akan punya anak. Saya sudah menyerah.
Tapi saya sudah diam terlalu lama, dan akhirnya semuanya berantakan! Mungkin ada pria yang mengalami situasi serupa dengan saya sekarang dan ia akan membaca kisah saya ini.
Penting baginya untuk paham: situasi ini tidak akan berakhir, tidak ada yang akan bisa diperbaiki, ini adalah situasi yang tidak akan bisa hilang dan ini bisa membunuh Anda. Jika Anda paham semua ini, maka setidaknya Anda punya peluang bertahan.
Baca Juga: Selama Lockdown, Kasus KDRT di Rusia Naik Dua Kali Lipat