"Saya memerkosa kamu? Lalu kenapa?" katanya.
Saya tidak tahu bagaimana menjawabnya, sampai sekarang. Di satu sisi, ia mengakui perbuatannya, tapi ia juga menertawakannya.
Saya pulang ke rumah orang tua saya dan secara perlahan membatasi kontak dengan Ira. Saya keluar dari pekerjaan saya dan tinggal di rumah selama beberapa minggu. Saya takut Ira ada di luar sana, mengamati saya.
Suatu hari Ira datang lagi dan mengetuk pintu rumah, menendangnya dan berteriak. Ibu saya takut. Saya tersenyum dan berkata, "Bu, bisa Anda bayangkan bagaimana saya dulu.."
Baca Juga: WHO: Jika Lockdown sampai 6 Bulan, Akan Memicu 31 Juta Kasus KDRT
Peristiwa seperti ini bisa membunuh kita
Saya tidak mengumpulkan bukti dan tidak bercerita ke orang lain. Saya bisa saja cerita ke orang tua saya, tapi sejak saya kecil saya tahu mereka tidak bisa jaga rahasia. Saya juga tidak tahu bagaimana cerita ke teman-teman soal pengalaman saya.
Saya mencari kelompok dukungan, tapi di Ukraina kelompok itu hanya ada untuk perempuan. Akhirnya saya menemukan komunitas online untuk pria dari San Francisco.
Psikoterapis pertama yang saya temui di Ukraina mencemooh saya: "Itu tidak mungkin terjadi--ia perempuan dan kamu laki-laki." Jadi saya berpindah-pindah ke enam spesialis dan akhirnya saya mendapatkan bantuan. Saya baru mengijinkan orang memegang tangan saya delapan bulan kemudian.
Bagaimana laki-laki mendapat bantuan psikologi?
Baca Juga: Selama Lockdown, Kasus KDRT di Rusia Naik Dua Kali Lipat
Kelompok dukungan psikologi dapat ditemukan di komunitas Klub Bapak di Ukraina, namun inisiatif itu berusia pendek, kata aktivis Max Levin. Menurutnya, para pria tidak siap berkonsultasi ke psikolog.