Menaker Harap ASEAN Punya Road Map Ketenagakerjaan Usai Pandemi Covid-19

Kamis, 14 Mei 2020 | 18:42 WIB
Menaker Harap ASEAN Punya Road Map Ketenagakerjaan Usai Pandemi Covid-19
Menaker, Ida Fauziyah. (Dok : Kemnaker)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Ketenagakerjaan (Menaker), Ida Fauziyah berharap, paska pandemi Covid-19, ASEAN memiliki road map atau peta jalan khusus bidang ketenagakerjaan untuk mengembalikan stabilitas pasar kerja di tingkat nasional dan ASEAN,

"Kami berharap, paska pandemi Covid-19, ASEAN memiliki road map atau peta jalan khusus bidang ketenagakerjaan, guna mengembalikan stabilitas pasar kerja di tingkat nasional dan ASEAN," katanya, dalam pertemuan Tingkat Menteri Tenaga Kerja ASEAN (ALMM) tentang dampak Covid-19 melalui video conference di Kemanker, Jakarta, Kamis (14/5/2020).

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) menyatakan dukungannya bagi tersusunnya dokumen ASEAN Labour Ministers Join Statement on Response to the Impacts of Coronavirus Desease 19 (Covid-19) on Labour and Employment sebagai hasil pertemuan spesial, ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM) tersebut.

Setelah dokumen tersebut ada, selanjutnya akan ditindaklanjuti kerja sama konkret yang tercakup dalam aktivitas pada kerangka kerja sama ASEAN.

Baca Juga: Kemnaker Miliki 2 Program Reguler bagi Pekerja yang Terkena PHK

Pertemuan Menaker se-ASEAN tersebut dipimpin oleh Menteri Sumber Manusia, Malaysia, Datuk Seri M. Saravanan, selaku Ketua ALMM periode 2018-2020. Pertemuan juga dihadiri Sekjen ASEAN, Dato Lim Jock Hoi; Dirjen ILO Guy Ryder; dan Menaker dari Malaysia, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos, Myanmar, Philipina, Singapura, Thailand dan Vietnam.

Pertemuan Tingkat Menteri Tenaga Kerja ASEAN (ALMM) tentang dampak Covid-19 melalui video conference di Kemanker, Jakarta, Kamis (14/5/2020). (Dok : Kemnaker)
Pertemuan Tingkat Menteri Tenaga Kerja ASEAN (ALMM) tentang dampak Covid-19 melalui video conference di Kemanker, Jakarta, Kamis (14/5/2020). (Dok : Kemnaker)

Ida menjelaskan tujuan pertemuan spesial Para Menaker ASEAN ini adalah untuk merespons dampak Covid-19 pada sektor perburuhan dan ketenagakerjaan, sebagai langkah untuk menindaklanjuti komitmen kepala negara yang disepakati dalam ASEAN Summit on Covid-19 pada April 2020.

"Untuk itu, ASEAN perlu mengambil langkah cepat dan tepat dalam mendukung stabilitas pasar kerja, perlindungan pekerja dan keberlangsungan usaha yang terdampak pandemik, " katanya.

Dalam video conference selama 3,5 jam tersebut, Menaker mendorong ASEAN OSHNET untuk menyusun guidelines atau pedoman Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) tentang pencegahan penyebaran ovid-19 dan virus menular lainnya di tempat kerja, yang sejalan dengan protokol World Health Organization (WHO).

Ida juga mendorong ALMM untuk meningkatkan kerja sama dengan organisasi Internasional dan negara mitra ASEAN untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan untuk pemulihan krisis jangka pendek dan perencanaan pemulihan jangka menengah dan jangka panjang, dalam upaya mengembalikan stabilitas perkonomian termasuk menjaga keberlanjutan rantai pasok di kawasan ASEAN.

Baca Juga: Kemnaker Terus Selidiki Kasus Jenazah Anak Buah Kapal yang Dibuang ke Laut

"Mengimbau Senior Labour Official Meeting (SLOM) untuk melakukan re-focusing dan re-targeting aktivitas-aktivitas ASEAN sektor ketenagakerjaan, agar lebih fokus pada pemulihan ekonomi paska pandemik, diantaranya sektor pariwisata, perhotelan, manufaktur dan sektor jasa lainnya," ujar Ida.

Dalam kesempatan tersebut, ia menyatakan kesiapan Indonesia sebagai tuan rumah ASEAN Labour Ministers Meeting (ALMM) ke-26, akhir Oktober hingga awal November 2020 di Jakarta.

"Pelaksanaan ALMM ke-26 yang akan datang tetap akan mempertimbangkan kondisi perkembangan penyebaran Covid-19, " katanya.

Sementara itu, Dato Lim Jock Hoi mengatakan, dampak pandemi Covid-19 sangat signifikan terhadap perekonomian negara-negara ASEAN. Bahkan rantai pasok dan pasar kerja juga mengalami disrupsi.

"Sektor-sektor paling terdampak diantaranya sektor travel, pariwisata, perhotelan, manufaktur dan sektor jasa lainnya, " katanya.

Dato Lim menambahkan, berdasarkan laporan ILO, akibat Covid-19 hampir 1,6 miliar pekerja informal di dunia, ekonominya telah terdampak dan pendapatannya menurun hingga 60 persen.

"Bagi pekerja tersebut, berhenti bekerja atau bekerja di rumah adalah bukan suatu pilihan karena itu menghilangkan penghasilan mereka, " kata.

Dato menambahkan, estimasi data ILO, sekitar 68 persen pekerja di dunia, termasuk 81 persen pengusaha atau pelaku usaha telah terdampak Covid-19. (*)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI