Soal Wacana Relaksasi, Orang Tua Deg-degan, Siswa Minta Sekolah Jangan Buka

Kamis, 14 Mei 2020 | 08:47 WIB
Soal Wacana Relaksasi, Orang Tua Deg-degan, Siswa Minta Sekolah Jangan Buka
Ilustrasi sekolah kekurangan guru. [Antara]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang tua dan siswa merasa khawatir apabila sekolah kembali dibuka dalam waktu dekat ini terkait wacana relaksasi di tengah pandemi virus corona Covid-19.

Kecemasan itu disampaikan oleh Widyawati, orang tua murid di Jakarta Selatan dalam acara Mata Najwa yang tayang pada Rabu (13/5/2020) malam.

"Kalau saya terus terang masih deg-degan karena lihat situasi seperti ini kayak masih yakin, masih belum ikhlas anak masuk sekolah," ujar Widyawati.

Kepada pembawa acara Najwa Shihab, Widyawati mengaku khawatir lantaran mengetahui jumlah pasien Covid-19 masih terus bertambah.

Baca Juga: Dampak Ekonomi Corona: Kiriman Uang Menurun, Hidup 800 Juta Orang Terancam

"Kalau dengar berita aja itu tiap hari penambahan kasus itu masih ada, bukannya turun, tapi ada terus," ucapnya.

Widyawati baru merasa yakin untuk melepas anaknya kembali masuk sekolah ketika jumlah pasien Covid-19 terlihat mengalami penurunan.

Bahkan meskipun pemerintah membuat kebijakan untuk membuka kembali sekolah, Widyawati masih belum yakin membiarkan anaknya masuk.

Sama seperti Widyawati, Anggita, calon siswa SMA, di Banyumas, Jawa Tengah juga meminta pemerintah untuk tidak buru-buru membuka sekolah dalam waktu dekat.

"Kalau misal wabah ini belum beres kalau bisa jangan dulu karena dapat menimbulkan dampak yang besar, bisa mewabah lebih banyak lagi," ujar Anggita.

Baca Juga: Dear Pak Jokowi, Tolong Bayi di Pandeglang Badannya Tinggal Tulang

Menanggapi keluhan-keluhan atas wacana relaksasi di tengah pandemi ini, Deputi IV KSP Bidang Komunikasi Politik dan Informasi, Juri Ardiantoro memberikan tanggapan.

Menurut Juri, pemerintah selalu mengatakan bahwa penanganan Covid-19 tidak boleh melupakan penanganan sektor lain, yakni ekonomi.

"Kita juga harus menghitung betul dampak dari kegiatan ekonomi akan menjadi sumber masalah penularan wabah ini," ujarnya.

Juri menambahkan, "Presiden mengatakan terkait wacana relaksasi itu harus dihitung secara matang, hati-hati, lihat timingnya, jangan buru-buru. Relaksasi harus semata-mata didasarkan pada data di lapangan."

Jika penurunan jumlah pasien Covid-19 belum terjadi secara konsisten, Juri mengatakan wacana relaksasi akan menjadi sangat beresiko.

"Sampai hari ini, pemerintah tetap konsisten menerapkan PSBB sambil merancang secara detil ketika nanti relaksasi itu harus dilakukan. Karena mau tidak mau kita akan menuju ke sana hanya timingnya saja," ucapnya.

Wacana sekolah dibuka kembali

Rencana sekolah dibuka kembali pada pertengahan bulan Juli ini muncul setelah dokumen peta jalan berisi skenario pembukaan bisnis dan industri mulai Juni 2020 beredar di sejumlah aplikasi percakapan terutama WhatsApp.

Skenario tersebut berisikan fase-fase pemulihan ekonomi pasca mewabahnya virus corona atau Covid-19 di tanah air.

Staf Ahli Menko Perekonomian Raden Pardede pun membenarkan dokumen tersebut. Menurutnya, dokumen yang tersebar itu adalah bahan internal Kemenko Ekonomi untuk bahan presentasi.

"Itu bahan presentasi internal. Waktu nya masih tentative, untuk bahan diskusi," kata Raden Pardede saat dihubungi Suara.com, Kamis (7/5/2020).

Adapun 5 fase skenario dalam pemulihan ekonomi secara bertahap yang dilakukan pemerintah. Skenario tersebut dirinci menjadi 5 fase, yakni:

Fase 1 (1 Juni)

  • Industri dan jasa dapat beroperasi dengan protokol kesehatan Covid-19
  • Mall belum boleh beroperasi, kecuali toko penjual masker dan fasilitas kesehatan

Fase 2 (8 Juni)

  • Mall boleh beroperasi seperti semula (toko-toko boleh buka), namun dengan protokol kesehatan Covid-19
  • Toko atau usaha yang berpotensi terjadi kontak fisik (salon, spa, dan lainnya) belum boleh beroperasi

Fase 3 (15 Juni)

  • Mall tetap beroperasi seperti fase 2, namun ada evaluasi pembukaan salon, spa, dan lainnya. Tetap dengan protokol kesehatan Covid-19
  • Sekolah dibuka namun dengan sistem shift

Fase 4 (6 Juli)

  • Evaluasi pembukaan kegiatan ekonomi, mulai dari operasional restoran, cafe, gym, industri travel, hingga kegiatan ibadah diperbolehkan (dengan jumlah jamaah dibatasi)

Fase 5 (20 & 27 Juli)

  • Evaluasi pembukaan kegiatan sosial dalam skala besar
  • Akhir Juli atau awal Agustus 2020, diharapkan seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI