Kondisi ini berjalan selama bertahun-tahun para dokter saat itu juga belum bisa menemukan pangkal penyakit itu, hingga akhirnya kabar kematian menjadi kabar yang biasa didengar di Batavia.
Sebelum 1733, mati saat bekerja di Hindia-Belanda adalah hal yang biasa, setiap tahun sekitar 500 pegawai VOC mati, namun angka terus meledak hingga 3.000 kematian di tahun berikutnya.
Wabah malaria ini kemudian mengakibatkan pendapatan VOC menuju bankrut, prioritas ekonomi pun muncul, pejabat elite VOC langsung mencanangkan ekspansi perkebunan tebu besar-besaran di luar benteng Batavia.
"Bisnis gula itu naik, terus memberikan keuntungan yang besar, sehingga makin banyak hutan dibuka di luar kota benteng Batavia, sehingga kalau sampai sekarang banyak nama (tempat) pakai kata Jati itu bekas hutan yang dihabisi," ungkap JJ Rizal.
Baca Juga: Tegal Lockdown, JJ Rizal: Sejak Era Revolusi Mereka Selalu Jadi Pemimpin
Pembukaan lahan perkebunan tebu besar-besaran itu pun dilakukan dengan menggunakan dana yang selama ini dikorupsi oleh pejabat elite VOC.
Selama beroperasi, pabrik-pabrik ini juga kerap membuang limbah langsung ke Sungai Ciliwung yang berujung teraliri ke kanal-kanal, sampah rumah tangga dan lumpur yang menjadi habitat buaya dan nyamuk Anopheles Sundaicus penyebab utama wabah malaria.
Pola pemikiran yang sama, kata Sejarawan Universitas Indonesia (UI) ini juga terjadi ketika Indonesia terjangkit wabah Flu Spanyol pada 1819 dan Kolera pada 1821.
"Ada yang bilang kan sejarah tuh berulang, tapi saya tidak percaya kalau ada yang bilang sejarah berulang, sejarah itu bukan berulang, tetapi kita merasakan pola yang sama, ada juga yang bilang belajar sejarah kan untuk tidak belajar sama sekali dari sejarah," kata dia menambahkan.
Sementara saat ini, per 13 Mei 2020, pemerintah Indonesia terus berusaha melandaikan kurva wabah virus corona COVID-19 yang kini sudah menyentuh angka 15.438 positif, 11.123 dirawat, 3.287 sembuh, dan 1.028 meninggal dunia.
Baca Juga: Presiden Utus Pemda Atasi Corona, JJ Rizal: Cara Cuci Tangan Paling Ajaib
Di sisi lain, pemerintah Indonesia juga berupaya keras menyelamatkan dampak ekonomi dari krisis dengan berbagai cara mulai dari merelaksasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), pemberian stimulus ekonomi hingga wacana pembukaan lahan baru menjadi sawah untuk menghindari krisis pangan nasional.