Suara.com - Para Pedagang Kaki Lima atau PKL di kawasan Pasar Mampang Prapatan, Jakarta Selatan harus menghadapi dilema dalam menyambung hidupnya. Berdiam diri di rumah demi mencegah penularan virus corona sesuai anjuran pemerintah dianggap bukan pilihan.
Kendati demikian, kembali berdagang juga tidak memberi arti banyak. Pasalnya, jualan saat ini juga sepi pembeli karena aktivitas masyarakat di luar rumah dibatasi dengan adanya Pembatasan Sosial Berskala Besar atau PSBB.
Suwondono, salah satu pedagang pakaian di Pasar Mampang Prapatan memilih menggelar lapak dagangannya kembali meski sebelumnya sudah dilarang oleh petugas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP).
Pria asal Jawa Tengah ini merasa berdiam di rumah makin membuatnya bingung akan nasib ia dan keluarganya.
Baca Juga: PKL Pasar Mampang Terpaksa Jualan: Bila Dibantu, Mau 10 Tahun di Rumah
"Sekarang kalau di rumah juga bingung. Diam saja di rumah. Tapi kan kita butuh makan, butuh uang," kata Suwondono saat ditemui, Selasa (13/5/2020) malam.
Meski sudah kembali berdagang, kebingungan Suwondono ternyata tak berakhir. Sebab, PKL yang hanya berjualan pada malam hari ini mendapati, dagangannya tak ada yang laku satu pun.
"Di sini ya bingung juga. Begini saja. Penglaris satu juga enggak ada," katanya.
Tak sampai di situ, sudah sejak satu bulan terakhir, ia belum lagi menambah atau memperbarui stok dagangannya. Distributor pakaian yang menjadi langganannya di Tanah Abang tak lagi berjualan sementara waktu.
"Ini stok lama. Jualannya barang itu-itu lagi. Dari Tanah Abang tempat saya ambil barang juga gak ada," katanya.
Baca Juga: Penertiban PKL di Pasar Pondok Labu Diprotes, Satpol PP: Dia Ngomong Kasar
Senada dengan Suwondono, Amri salah satu pedagang barang elektronik juga mengakui omzetnya menurun drastis. Bahkan dibandingkan sebelum masa PSBB, pendapatannya berkurang hingga 80 persen.
"Ada 80 persen ini turun. Begini saja jualan, sepi," kata Amri.
Amri dan Suwondono sebenarnya sepakat jika berdagang di luar akan membahayakan dirinya karena penyebaran corona. Namun kekhawatiran akan virus itu sirna tatkala memikirkan bagaimana cara untuk menyambung hidup.
"Yang penting nyambung hidup saja sekarang. Sampai selesai ini biar ramai lagi," ucap Amri.