Peneliti UGM: Mobilisasi Isu Negara Islam di Medsos Masih Berjalan

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Rabu, 13 Mei 2020 | 03:05 WIB
Peneliti UGM: Mobilisasi Isu Negara Islam di Medsos Masih Berjalan
Diskusi bedah buku berjudul "The Illusion of an Islamic State" secara daring. [Tangkapan Layar YouTube/Zuhdiar Laeis]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Peneliti Pusat Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Mohammad Iqbal Ahnaf menilai ruang media sosial masih terbuka dijadikan sebagai sarana mobilisasi isu negara Islam.

"Memang, dengan pembubaran Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), kesadaran masyarakat meningkat sehingga akses mereka relatif menyempit," kata Dr. Mohammad Iqbal Ahnaf dalam diskusi bedah buku berjudul The Illusion of an Islami State secara daring, Selasa (12/5/2020).

Namun, Iqbal mengingatkan bahwa menyempitnya akses kelompok tersebut untuk memobilisasi gagasan negara Islam hanya pada ruang-ruang tertentu.

Artinya, kata dia, masih banyak ruang yang mereka gunakan leluasa untuk mobilisasi dan propaganda gagasan negara Islam, terutama di medsos.

Baca Juga: Jualan Lagi, PKL Pasar Mampang: Mending Mati di Luar Daripada Diam di Rumah

"Mereka tidak menggunakan istilah khilafah, Hizbut Tahrir. Bahkan, bendera HTI pun tidak dipakai. Mereka menggunakan istilah-istilah yang ramah dengan khalayak muslim, seperti 'Yuk Ngaji', 'Ngaji Keren', dan sebagainya," katanya.

Menurut dia, model kamuflase dalam bahasa atau istilah lain yang lebih mudah diterima itu pasti digunakan sehingga harus diwaspadai.

Sebenarnya, kata dia, misi utama Hizbut Tahrir adalah mendeligitimasi tatanan politik yang ada dengan mengeksploitasi krisis yang dimaknai sebagai kegagalan sistem pemerintahan yang ada.

Bahkan, kata dia, upaya penanganan Covid-19, kemiskinan, hingga persoalan sepele pun bisa dieksploitasi sebagai kegagalan sistem yang pada akhirnya ditawarkan solusinya dengan konsep negara Islam.

Sementara itu, pengamat terorisme Universitas Muhammadiyah Jakarta Debbie Affianty menyoroti maraknya pelibatan keluarga, terutama perempuan dan anak-anak, dalam aksi terorisme beberapa waktu belakangan.

Baca Juga: Wacana Duel Ke-3 Lawan Mike Tyson, Holyfield Cemas Kupingnya Digigit Lagi?

Menurut dia, pelibatan keluarga itu dalam aksi terorisme relatif mudah dilakukan dengan memanfaatkan kepatuhan anak terhadap orang tua dan loyalitas istri terhadap suami.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI