Amerika Serikat Tuduh China Retas Penelitian Vaksin Covid-19

Selasa, 12 Mei 2020 | 17:00 WIB
Amerika Serikat Tuduh China Retas Penelitian Vaksin Covid-19
Ilustrasi hacker membobol kata sandi. (Pixabay/ TheDigitalWay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hubungan China dan Amerika Kembali memanas setelah Presiden Donald Trump berulangkali menuduh China yang bertanggung jawab atas terjadinya pandemi ini.

Setelah berita tuduhan tersebut, muncul berita yang menyebutkan adanya peretasan oleh pihak ke China ke Amerika perihal penelitian vaksin COVID-19.

Menurut laporan dari Wall Street Journal dan New York Times, FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri AS berencana untuk mengeluarkan peringatan tentang peretasan yang dilakukan oleh China. Peretasan tersebut terjadi ketika pemerintah AS dan perusahaan swasta berlomba untuk mengembangkan vaksin Covid-19.

Para peretas tersebut menargetkan informasi dan kekayaan intelektual tentang perawatan dan pengujian vaksin COVID-19. Para pejabat AS menuduh para peretas terkait terkait dengan pemerintah China.

Baca Juga: Pesawat Jatuh di Danau Sentani, Pilot Asal Amerika Tewas

Menyadur AFP, juru bicara kementerian luar negeri, Zhao Lijian menolak tuduhan itu, dengan mengatakan China dengan tegas menentang semua serangan dunia maya.

"Kami memimpin dunia dalam pengobatan Covid-19 dan penelitian vaksin. Adalah tidak bermoral menuduh China dengan rumor dan fitnah tanpa adanya bukti," ujar Zhao dikutip dari AFP.

Ilustrasi hacker. (Shutterstock)
Ilustrasi hacker. (Shutterstock)

Ditanya tentang berita peretasan tersebut, Presiden Donald Trump tidak mengkonfirmasinya, namun justru bertanya: "Apa lagi yang baru dengan China? Apa lagi yang baru? Ceritakan kepada saya. Saya tidak senang dengan China."

"Kami mengamatinya dengan sangat cermat," tambahnya.

Jika peringatan tersebut benar keluar, maka akan menabah daftar panjang peringatan AS yang pernah dikeluarkan. Sebelumnya ada laporan mengenai peretas yang didukung pemerintah Iran, Korea Utara, Rusia, dan China melakukan aktivitas jahat terkait pandemi, dari memompa berita palsu hingga menargetkan pekerja dan ilmuwan.

Baca Juga: Cerita Grup Musik Religi Amerika Native Deen Jalani Ramadan di Masa Pandemi

The New York Times mengatakan peringatan itu bisa menjadi awal serangan balik yang disetujui secara resmi oleh agen-agen AS yang terlibat dalam perang cyber, termasuk Komando Cyber Pentagon dan Badan Keamanan Nasional.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI